Senin, 12 Desember 2011

Eksorsisme Nicola Aubrey,
oleh Father Michael Müller, C.S.S.R.



Sungguh suatu kenyataan yang luar biasa bahwa, sebagaimana setan menggunakan Luther, seorang rahib yang ingkar, demi merendahkan Misa Kudus dan menyangkal Kehadiran Nyata, sedemikan pula Allah dapat menggunakan kekuatan setan sebagai pembuktian kehadiranNya yang nyata. Allah berulang kali secara terbuka memaksa setan untuk menyatakan kepercayaannya tentang kehadiranNya yang nyata, untuk mengacaukan para bidaah akibat kesesatan mereka, dan menaklukkan dirinya (setan) di hadapan Allah dalam rupa Sakramen Maha Kudus.


Untuk maksud inilah Allah telah mengijinkan seorang wanita yang bernama Nicola Aubrey, seorang yang inosen/tak bersalah menjadi dikuasai/dirasuki oleh Beelzebul dan 29 kekuatan jahat lainnya. Penguasaan ini terjadi 08/Nov/1565 dan berakhir hingga 08/Feb/1566.

Orang tuanya membawa Nicola kepada Romo de Motta, seorang Imam yang saleh di Vervins, agar beliau dapat mengusir setan melalui eksorsisme sesuai Gereja Katholik. Rm.de Motta telah mencoba beberapa kali mengusir kekuatan jahat dengan menggunakan relikwi salib suci, namun tidak berhasil; Setan tidak dapat diusir. Akhirnya, diinspirasikan oleh Roh Kudus, beliau memutuskan untuk mengusir setan dengan kehadiran Sakramen Tubuh dan Darah Kristus. Sementara Nicola terbaring dalam keadaan mati suri, Rm.de Motta meletakkan Sakramen Maha Kudus di bibir Nicola, dan seketika daya kekuatan jahat dipatahkan; Nicola kembali sadar dan dapat menerima komuni kudus dengan segenap tanda devosi. Segera setelah Nicola dapat menerima Komuni Kudus, wajahnya menjadi cerah dan cantik sebagaimana raut wajah seorang malaikat, dan semua yang menyaksikannya diliputi sukacita dan keheranan, dan mereka bersyukur memuji Allah dari hati mereka yang terdalam.

Dengan seijin Allah, setan datang kembali dan merasuki Nicola lagi.

Ketika keadaan penguasaan setan atas Nicola diketahui orang banyak, beberapa orang pengkotbah Calvinis bersama pengikutnya datang, untuk "menyingkap kebohongan Paus" kata mereka. Saat mereka masuk, setan memberi salam sambil mengejek mereka, menyebut nama2 mereka dan mengatakan bahwa mereka telah datang karena ketaatan pada setan. Salah seorang pengkotbah membuka buku doa Protestannya dan mulai membaca dengan wajah yang sungguh khidmat. Setan mentertawakannya, dan menunjukkan mimik muka seperti komik, setan berkata: "Ho ho! Teman-teman baikku; apakah engkau ingin mengusir aku dengan doa2 dan pujianmu? Apakah kamu pikir hal itu akan menyakiti aku ? Tidak tahukah kamu bahwa doa pujian itu milikku ? Akulah yang telah membantu untuk menggubahnya !"

"Aku akan mengusirmu dalam nama Tuhan," kata pengkotbah itu sungguh2.

"Kamu..!" kata setan, mengejek. "Kamu tidak akan mengusir aku baik dalam nama Tuhan atau dalam nama setan. Apakah kamu pernah mendengar ada setan yang satu mengusir setan yang lain?"

"Aku bukan setan." kata pengkotbah itu dengan marah, "Aku adalah pelayan Kristus".

"Seorang pelayan Kristus, tentu saja!" kata setan sambil menyeringai. "Tahukah kamu! Kukatakan padamu bahwa kamu lebih buruk daripada aku. Aku percaya, sedangkan kamu tidak mau percaya. Apakah kamu mengira bahwa kamu dapat mengusir aku dari tubuh orang sialan ini? Ha! Pergilah dulu dan usir setan2 dari dalam hatimu sendiri !"

Pengkotbah itu hendak pergi, ia merasa tidak senang. Ketika berjalan keluar, ia berkata seraya menatap ke atas, "O Tuhan, aku berdoa padaMu, tolonglah anakmu yang malang ini!"

"Dan aku berdoa, Lucifer," teriak setan, "agar pengkotbah ini tidak akan pernah meninggalkanmu (Lucifer), tetapi semoga ia tetap memujamu dengan segenap kekuatannya, seperti yang dilakukannya saat ini. Pengkotbah, pergilah selesaikan tugas2mu sekarang. Kalian semua milikku, dan akulah tuanmu".

Saat Romo de Motta tiba, beberapa orang Protestan segera pergi - mereka telah melihat dan mendengar lebih dari yang mereka inginkan. Yang lainnya, bagaimanapun, tetap tinggal; dan amatlah dahsyat terror yang mereka terima ketika mereka melihat bagaimana setan menggeliat dan berteriak dalam kengerian, ketika Sakramen Maha Kudus dibawa dekat pada setan. Ahhirnya kekuatan jahat itu pergi, meninggalkan Nicola dalam keadaan tak sadar.
Sementara Nicola dalam keadaan ini, beberapa pengkotbah mencoba membuka mata Nicola, namun mereka tak dapat melakukannya. Romo kemudian meletakkan Sakramen Maha Kudus di bibir Nicola; dan seketika ia kembali sadar.

Romo de Motta kemudian berpaling kepada para pengkotbah yang keheranan, dan berkata: "Pergilah sekarang, kalian para pengkotbah Injil baru; pergilah dan kabarkan kemana saja apa yang telah kalian lihat dan dengar. Janganlah lagi menyangkali bahwa Tuhan kita Yesus Kristus sungguh2 ada dan nyata hadir dalam Sakramen Mahakudus di altar. Pergilah sekarang, dan jangan membiarkan wibawa hormat manusia menghalang-halangimu dari menyatakan kebenaran".

Selama beberapa hari eksorsisme berikutnya, setan dipaksa untuk mengakui bahwa ia memang tidak diusir di Vervins, dan bahwa ia membawa bersamanya 29 setan2 lain diantaranya 3 iblis yang berkuasa : Cerberus, Astaroth dan Legio.

Pada hari ke 3 di bulan Januari tahun 1556, bapa Uskup tiba di Vervins, dan memulai eksorsisme di Gereja, di tengah kehadiran umat yang amat banyak.

"Saya perintahkan engkau, dalam nama dan kekuatan dari kehadiran nyata Tuhan kami dalam Sakramen Maha Kudus, untuk segera enyah." demikian kata bapa Uskup kepada setan dalam suaran yang khidmat.

Setan akhirnya diusir, untuk kedua kalinya berkat kehadiran Sakramen Ekaristi. Saat pergi, setan melumpuhkan tangan kiri dan kaki kanan Nicola, dan juga membuat tangan kirinya lebih panjang dari tangan kanan; dan tidak ada kekuatan di bumi yang dapat menyembuhkan keadaan yang aneh ini, hingga beberapa minggu kemudian ketika setan akirnya telah dienyahkan dengan sempurna dan tidak dapat kembali lagi.

Nicola kemudian dibawa ke perayaan peziarahan Bunda Maria dari Liesse, khususnya karena setan sepertinya amat takut terhadap tempat itu.

Hari berikutnya Rm.de Motta memulai eksorsisme di Gereja Bunda Maria daria Liesse, di tengah kehadiran umat yang besar.

Romo memegang Sakramen MahaKudus dalam tangannya dan menunjukkanNya pada iblis, sambil berkata "Aku perintahkan engkau, dalam nama Tuhan yang hidup, Emmanuel yang Agung yang hadir di sini, dan yang di dalamNya engkau percaya".

"Ah, ya!" kata setan, "Aku percaya padaNya," dan setan berteriak kesakitan lagi ketika mengatakan pengakuannya, karena ia disiksa oleh kekuatan Ilahi.

"Aku perintahkan engkau, oleh karena NamaNya." kata Imam. "untuk meninggalkan tubuh ini segera"

Dengan kata2 ini, dan khususnya dengan kehadiran Sakramen Ekaristi, setan menderita siksaan hebat yang sangat menakutkan. Suatu saat tubuh Nicola berputar menggelinding seperti bola, lalu kembali tubuhnya membengkak sangat menakutkan.
Suatu ketika wajahnya memanjang dengan aneh, lalu melebar sekali dan terkadang berwarna merah padam dan terkadang berbintik-bintik seperti katak.

Imam masih meneruskan untuk mendesak dan menyiksa setan. "Roh yang terkutuk" teriaknya, "Aku perintahkan engkau, dalam Nama dan oleh kehadiran nyata dari Tuhan kita Yesus Kristus di sini dalam Sakramen Maha Kudus, untuk segera enyah dari tubuh makhluk yang malang ini".

"Ah ya!" jerit setan, melengking liar, "26 dari teman2ku akan segera pergi saat ini, karena mereka dipaksa berbuat demikian".

Para jemaat yang hadir kini mulai berdoa dengan penuh semangat. Tiba2 anggota badan Nicola mulai retak, seperti tulang2 dalam tubuhnya mulai patah, semacam wabah asap/uap keluar dari mulutnya, dan 26 roh jahat meninggalkan tubuh Nicola, tidak pernah kembali lagi.

Lalu Nicola jatuh pingsan, dimana ia hanya dapat disadarkan dengan Sakramen Maha Kudus. Ketika dipulihkan dan menerima sakramen Ekaristi, raut wajah Nicola bercahaya seperti wajah seorang malaikat.

Imam masih meneruskan mendesak setan, dan menggunakan semua harta pusaka gereja untuk mengusirnya.

"Aku tidak akan pergi, kecuali diperintahkan oleh Uskup dari Leon" kata setan dengan marah.

Lalu Nicola dibawa ke Pierrepont, dimana satu iblis bernama Legio, diusir oleh kehadiran Sakramen Maha Kudus.

Pagi hari berikutnya Nicola dibawa ke Gereja. Dengan menakutkan ia dibawa keluar rumah, ketika setan merasukinya lagi.

Uskup yang diminta untuk pengusiran dalam Nicola, mempersiapkan dirinya untuk tugas yang berat ini dengan berdoa dan berpuasa, dan mengerjakan perbuatan2 silih lainnya.

Saat kedatangan Nicola di Gereja, eksorsisme dimulai. "Berapa diantaramu yang ada dalam tubuh ini?" tanya bapa Uskup.

"Kami bertiga" jawab roh jahat itu.

"Apa nama2 kalian?"

"Beelzebub, Cerberus, dan Astaroth."

"Apa yang terjadi pada yang lainnya? tanya bapa Uskup.

"Mereka sudah dienyahkan" jawab setan.

"Siapa yang mengusir mereka?"

"Ha!" teriak setan, menggertakkan giginya. "itulah Dia yang engkau pegang dalam tanganmu, di sana dalam Patena". Setan menunjuk Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus.

Bapa Uskup lalu memegang Sakramen Maha Kudus ke dekat wajah Nicola. Setan menggeliat dan berteriak penuh kengerian. "Ah. ya! Aku akan pergi, aku akan pergi!" ia memekik tertawa, "tetapi aku akan kembali".

Segera tubuh Nicola menjadi kaku dan tak bergerak seperti batu marmer. Bapa Uskup lalu menyentuhkan bibirnya dengan Sakramen Maha Kudus dan detik itu juga ia segera sadar sepenuhnya. Nicola menerima Komuni Kudus dan air mukanya sekarang bercahaya memancarkan kecantikan Ilahi.

Hari berikutnya Nicola dibawa kembali ke Gereja, dan eksorsisme dimulai lagi seperti biasa.

Bapa Uskup memegang Sakramen Ekaristi dalam tangannya, mendekatkan pada wajah Nicola dan berkata:

"Aku perintahkan engkau dalam nama Allah yang hidup, dan dengan kehadiran Yesus Kristus Tuhan kita yang nyata di sini dalam Sakramen di altar, agar engkau segera enyah dari tubuh ciptaan Tuhan ini dan tak pernah kembali".

"Tidak, tidak" teriak setan, "Aku tidak akan pergi. Waktuku belum tiba".

"Aku perintahkan engkau untuk pergi, enyahlah, roh tercela, terkutuk! Pergilah!" dan bapa Uskup memegang Sakramen Maha Kudus dekat wajah Nicola.

"Stop, stop!" jerit setan; "biarkan aku pergi! Aku akan pergi - tetapi aku akan kembali". Segera Nicola terjatuh dengan tawa yang mengerikan. Suatu asap hitam keluar dari mulutnya dan ia jatuh pingsan lagi.

Selama Nicola tinggal di Leon, ia dengan hati-hati dipelajari oleh para psikiater Katolik dan Protestan. Tangan kirinya, yang telah dilumpuhkan oleh setan, didapati mati rasa. Para dokter menggores lengannya dengan pisau tajam, membakar dengan api, menusuk dengan jarum dan paku pada jari2 tangannya, tetapi Nicola tidak merasa sakit; tangannya telah mati rasa.
Suatu ketika Nicola sedang berbaring dalam keadaan mati suri, para dokter memberinya semacam roti yang dicelupkan ke dalam anggur (seperti yang disebut kaum Protestan sebagai komuni mereka atau Perjamuan Kudus), mereka menyeka bibrnya dengan kasar, meeka memercikkan air pada wajahnya, mereka menusuk lidahnya hingga darah keluar; mereka mencoba segala cara untuk membagunkan Nicola, namun sia-sia!
Tubuh Nicola tetap diam dan tak bergerak seperti patung marmer. Akhirnya Imam menyentuhkan Sakramen Maha Kudus ke bibir Nicola dan seketika ia kembali sadar sepenuhnya dan mulai memuji Tuhan.

Mukjizat ini sangat jelas, sangat gamblang, hingga seorang dokter yang tadinya Calvinis fanatik, segera memperbaiki kesalahannya, dan menjadi Katholik.

Beberapa kali, juga kaum Protestan menyentuhkan hosti yang belum dikonsekrasi ke wajah Nicola, yang mana konsekwensinya adalah hanya roti, tidak berpengaruh sedikitpun bagi setan, malah ia melecehkan usaha mereka.

Pada tanggal 27 Januari, bapa Uskup, setelah berjalan dalam prosesi yang hikmat dengan para rahib dan umat, memulai exorsisme di Gereja, dengan kehadiran banyak jemaat Protestan dan Katolik.

Bapa Uskup sekarang memegang Sakramen Maha Kudus dekat ke wajah Nicola. Tiba-tiba suatu teriakan yang liar dan aneh terdengar nyaring di udara - suatu asap hitam pekat keluar dari mulut Nicola. Setan Astaroth telah dienyahkan selamanya.

Selama eksorsisme yang berlangsung tanggal 1 Feb, bapa Uskup mengatakan:

"O roh yang terkutuk! Oleh karena bukan doa, atau Injil Suci ataupun eksorsisme oleh Gereja, atau relikwi suci, dapat memaksamu untuk pergi, saya sekarang akan menunjukkan padamu Tuhan dan Junjungan kami, dan dengan kuasaNya saya perintahkan engkau"

Selama eksorsisme yang dilangsungkan setelah Misa, bapa Uskup memegang Sakramen Maha Kudus dalam tangannya dan berkata : "O roh yang terkutuk, musuh besar dari Allah yang maha Kuasa! Aku perintahkan engkau, oleh Darah Yesus Kristus yang Maha Mulia hadir di sini, agar enyah dari wanita malang ini! Enyahlah hai terkutuk ke dalam api neraka yang kekal!"

Saat kata2 ini diucapkan, dan khususnya dengan kehadiran Sakramen Maha Kudus, setan menjadi sangat takut dan kesakitan dan penampilan Nicola menjadi seram dan memberontak, hingga orang2 memalingkan mata mereka penuh ketakutan. Akhirnya suatu keluhan berat terdengar, dan sutau awan dari asap hitam keluar dari mulut Nicola, Cerberus telah dienyahkan.

Lalu Nicola jatuh lagi dalam mati suri dan ia dapat disadarkan kembali hanya oleh kehadiran Sakramen Ekaristi.

Selama eksorsisme, yang berlangsung di hari ketujuh bulan Februari, Uskup mengatakan pada setan:

"Katakan padaku, mengapa engkau merasuki tubuh wanita Katolik yang jujur dan berbudi luhur ini ?"

"Aku melakukannya atas ijin Allah. Aku telah dapat menguasai dia akibat dosa-dosa banyak orang. Aku melakukannya untuk menunjukkan kepada para pengikut Calvinis ku bahwa mereka adalah roh jahat yang dapat mengambil kuasa atas manusia jika Allah mengijinkannya. Aku tahu mereka tak ingin mempercayai ini; namun aku akan menunjukkan kepada mereka bahwa akulah roh jahat. Aku telah merasuki makhluk ini agar mereka bertobat, atau agar makin mengeraskan hati mereka dalam dosa2 mereka; dan melalui kurban berdarah, akau akan melakukan karya2ku".

Jawaban ini menakutkan hati tiap orang yang mendengarnya dengan horor. "Ya" jawab bapa Uskup dengan khidmat, "Allah menginginkan persatuan setiap orang hanya dalam iman yang kudus. Karena hanya ada satu Allah, maka hanya ada satu agama yang benar. Agama seperti yang telah diciptakan kaum protestan
hanyalah suatu olok-olok yang palsu. Ajaran ini pasti hancur. Agama yang didirikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya yang sejati; hanya itu yang akan bertahan sampai kekal. Agama ini dimaksudkan untuk persatuan semua umat manusia dalam rangkulan pengorbanannya, agar hanya ada satu kawanan dengan satu gembala. Gembala Ilahi inilah Tuhan kita Yesus Kristus, yakni kepala yang tak nampak dari Gereja Katolik yang Kudus. yang pemimpin nyatanya adalah Bapa Suci - Paus penerus St.Petrus".

Setan berdiam diri - dia dipermalukan di hadapan orang banyak. Setan sekali lagi dienyahkan oleh kehadiran Sakramen Maha Kudus.

Pada sore harinya, setan mulai menangis: "Ah! Ha! Kalian pikir bahwa kalian dapat mengusir aku dengan cara ini. Kalian tidak memiliki prosedur kehadiran Uskup yang benar. Di manakah para diakon dan prodiakon? Di manakah para hakim agung? Di mana kepala hakim, yang telah ketakutan karena ucapannya malam itu, di penjara ? Di manakah para penagih kerajaan ? Di mana para pengacara dan penasihat ? Di mana juru tulis pengadilan ? (Setan menyebutkan nama mereka masing2) "Aku tidak akan pergi sampai mereka semua hadir. Jika aku harus pergi sekarang, apa bukti yang dapat kalian berikan pada raja atas segala sesuatu yang telah terjadi? Kalian pikir orang akan mempercayaimu demikian saja? Tidak, tidak! Akan banyak yang mengajukan keberatan2. Pengakuan dan
kesaksian dari orang2 & penduduk setempat bobotnya rendah. Adalah penyiksaan bagiku bahwa aku harus memberitahu padamu apa yang harus kalian lakukan. Aku dipaksa untuk melakukannya. Ha! Terkutuklah jam disaat pertama aku menguasai orang sial ini".

"Aku menemukan sedikit kesenangan dari ocehanmu," jawab bapa Uskup; "Ada cukup banyak saksi di sini. Mereka yang kau sebutkan tidaklah dibutuhkan.
Enyah! lalu berikan kemuliaan bagi Tuhan. Pergilah - ke dalam kobaran api neraka!"

"Ya, aku akan pergi, namun tidak hari ini. Aku tahu pasti aku harus pergi. Kalimatku telah berlalu; aku dipaksa untuk pergi"

"Aku tidak perduli pada ocehanmu", kata bapa Uskup, "Aku dapat mengusirmu dengan kuasa dari Allah; dengan darah yang Maha Mulia dari Tuhan kita Yesus Kristus".

"Ya, aku harus taat padamu", teriak setan dengan liar. "Sangat menyakitkan bagiku untuk memberi padamu hormat ini".

Bapa Uskup sekarang mengangkat Sakramen Maha Kudus dalam tangannya, dan memegangnya dekat dengan wajah Nicola.

Akhirnya setan dipaksa untuk pergi sekali lagi.

Pagi berikutnya, setelah prosesi selesai, Kurban Misa Kudus dirayakan seperti biasanya.
Selama konsekrasi, Nicola diangkat ke udara setinggi 6 kaki (sekitar 180 cm) sebanyak 2-kali, dan dijatuhkan dengan keras ke lantai. Saat Uskup, sejenak sebelum Bapa Kami, mengambil Hosti sekali lagi dalam tangannya dan mengangkat hosti beserta piala, Nicole diangkat lagi ke udara, dengan 15 orang pria yang menahannya setinggi 6 kaki, dan setelah beberapa waktu ia jatuh dengan keras ke lantai.

Pada saat ini, semua yang hadir dipenuhi teror yang mengerikan. Seorang Jerman Protestan bernama Voske jatuh berlutut, berlinang air mata; iapun bertobat.

"Ah!" kata Voske. "Aku sekarang percaya penuh bahwa setan sungguh dapat menguasai makhluk yang malang. Aku percaya bahwa sungguh2 hanyalah Tubuh dan Darah Kristus yang dapat mengusir setan. Aku sungguh percaya. Aku tidak akan lagi menjadi Prostestan".

Selesai Misa, eksorsisme dimulai seperti biasanya.
"Sekarang, akhirnya," kata bapa Uskup, "engkau harus pergi. Pergilah, roh jahat!"
"Ya," kata setan, "benar bahwa aku harus pergi, tapi belum saatnya. Aku tidak akan pergi sebelum waktunya sejak aku menguasai orang celaka ini"

Akhirnya Uskup mengambil Hosti Kudus dalam tangannya dan berkata: "Dalam nama Allah Tritunggal termulia: Bapa, Putera dan Roh Kudus - dalam nama Tubuh Kritus yang hadir di sini - aku perintahkan engkau, roh jahat, enyahlah".

"Ya, ya, itu benar!" teriak setan dengan liar: "benarlah, Itu adalah Tubuh dan Darah Kristus. Aku harus mengakuinya, karena aku dipaksa untuk melakukannya. Ha! Sangat menyakitkan bagiku untuk mengakuinya, tapi aku harus. Aku mengatakan yang benar hanya jika aku dipaksa melakukannya. Kebenaran bukan dari aku. Kebenaran datang dari Allah Tuhanku dan Majikanku. Aku telah dapat merasuki tubuh ini atas seijinNya.

Bapa Uskup sekarang memegang Hosti Kudus dalam tangannya dekat ke wajah Nicola. Setan menggeliat dalam kesakitan yang mengerikan. Ia berusaha dengan segala cara untuk menghindari kehadiran Tuhan Yesus dalam Sakramen Maha Kudus. Akhirnya suatu asap hitam yang panjang keluar dari mulut Nicola. Iapun jatuh tak sadarkan diri dan sekali lagi dapat disadarkan hanya dengan kehadiran Sakramen maha Kudus.

Pada tanggal 8 Feb., hari yang ditetapkan Allah dimana setan harus meninggalkan Nicola selama-lamanya, akhirnya tiba. Setelah prosesi yang hikmat, bapa Uskup memulai eksorsisme yang terakhir.

"Aku tidak akan bertanya lagi kepadamu," kata bapa Uskup pada setan, "ketika engkau berniat pergi; aku akan memaksa mu keluar segera dengan kuasa dari Allah yang hidup dan tubuh dan darah termulia Yesus Kristus, Putera terkasihNya, disini hadir dalam Sakramen di Altar".

"Ha! Ya", jerit setan: "Aku mengakui bahwa Putera Allah sungguh hadir di sini. Ia adalah Tuhan dan Majikanku. Sangat menyiksa bagiku untuk mengakuinya, namun aku dipaksa untuk melakukan ini." Lalu setan mengulanginya beberapa kali, dengan teriakan yang nyaring dan aneh: "Ya benar, aku harus mengakuinya. Aku dipaksa untuk keluar, oleh kuasa Tubuh Kristus yang hadir di sini. Aku harus - aku harus pergi. Aku sangat tersiksa karena harus pergi demikian cepat, dan aku harus mengakui kebenaran ini. Tetapi kebenaran ini bukan dari aku; kebenaran ini datang dari Tuhanku dan Majikanku, yang telah mengirim aku kemari, dan yang telah memerintahkan dan memaksa aku untuk memberi kesaksian akan kebenaran ini di depan khalayak."

Bapa Uskup lalu mengambil Sakramen Maha Kudus dalam tangannya dan meninggikanNya lalu berkata dengan khidmat: "O engkau yang jahat, roh yang tercemar, Beelzebub ! Engkau musuh besar Allah yang kekal! Perhatikanlah, hadir di sini, Tubuh dan Darah dari Tuhan kita Yesus Kristus, Tuhan dan Junjungan kita. Aku mendesakmu, dalam nama dan kuasa dari Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus, sungguh Allah sungguh manusia, yang hadir di sini; aku perintahkan engkau segera pergi untuk selama-lamanya dari ciptaan Allah ini. Pergilah ke tempat terdalam dari neraka, disana untuk tersiksa selama-lamanya. Pergilah, roh yang tercemar, pergilah - perhatikan di sini Tuhan dan Allahmu !".

Melalui kata2 khidmat ini, dan di depan Sakramen Kudus Allah, tubuh wanita malang yang dirasuki itu menggeliat ketakutan. Anggota2 tubuhnya retak seolah tiap2 tulangnya patah. Kelima belas pria dewasa yang kuat menahannya dengan susah payah. Mereka terhuyung-huyung dari satu sisi ke sisi yang lain, sehingga mereka bersimbah peluh. Setan mencoba menghindat dari kehadiran Tuhan Allah dalam Sakramen Maha Kudus. Mulut Nicola terbuka lebar, lidahnya menjulur panjang melewati dagunya, wajahnya membengkak dan rautnya menyimpang aneh sangat menakutkan.

Warna tubuhnya berubah-ubahnya dari kuning menjadi hijau, dan malah menjadi abu-abu atau biru, sehingga ia tidak lagi nampak serupa seorang manusia; ia lebih nampak sebagai inkarnasi setan yang mengerikan. Seluruh yang hadir tercekam dalam teror, khususnya ketika mereka mendengar jerit tangis setan yang menakutkan, terdengar seperti raungan nyaring seekor kerbau liar.

Merekapun jatuh berlutut, berlinang air mata, menangis: "Yesus, kasihanilah kami!"

Bapa Uskup terus mendesak setan. Akhirnya roh jahat itu pergi dan Nicola terjatuh tak sadarkan diri ke tangan para penahannya. Dia masih shock dan trauma. Saat itu dalam kondisi demikian ia dipertunjukkan kepada para hakim, dan kepada segenap yang hadir, ia telah berputar menggelinding seperti bola.
Bapa Uskup pun berlutut untuk memberikan Sakramen Maha Kudus, seperti biasanya. Namun lihat! Tiba2 setan itu kembali, dengan amarah yang liar, berusaha membekukan tangan Uskup dan malah mencoba merebut Sakramen itu. Bapa Uskup berusaha mengelak; Nicola terangkat ke udara dan Uskup bangkit berdiri, terkejut dan tergetar oleh teror hingga pucat pasi.

Namun Uskup yang baik itu mengumpulkan segenap keberaniannya; ia mengejar si setan, memegang Sakramen Maha Kudus dalam tangannya, sampai suatu jarak dengan setan, maka diliputi kuasa Tubuh Kristus Tuhan kita, keluarlah dari mulut Nicola asap pekat dan kilat menyambar disertai guntur.

Sejurus kemudian, setan telah dipaksa enyah selama-lamanya, pada Jum'at sore itu tepat jam tiga, pada hari dan jam yang sama ketika Kristus Tuhan kita mengalahkan kekuasaan neraka oleh KematianNya yang menyelamatkan.

Nicola sekarang telah dipulihkan dengan sempurna, ia dapat menggerakkan tangan kirinya dengan mudah. Ia jatuh berlutut, bersyukur dan memuji Allah, dan berterimakasih kepada bapa Uskup atas segala yang telah diberikannya kepada Nicola.

Para umat yang hadir menangis dalam sukacita dan menyanyikan kidung pujian dan syukur dalam hormat kepada Allah dalam Sakaramen Maha Kudus.

Di segenap penjuru kota terdengar teriakan: "Oh, mukjizat yang luar biasa! Oh, terimakasih dan syukur pada Tuhan, bahwa aku menyaksikannya! Siapakah yang sekarang dapat meragukan kehadiran Tuhan kita Yesus Kristus yang nyata dalam Sakramen di Altar yang kudus!"

Banyak orang Protestan juga berkata: "Sekarang aku percaya pada kehadiran Kristus Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus; aku telah menyaksikannya dengan mataku sendiri! Aku tak akan menjadi calvinis lagi. Terkutuklah mereka yang telah menyesatkan aku! Oh, sekarang aku dapat mengerti kemuliaan dalam Kurban Misa yang Kudus!"

"Te Deum" yang khidmat dinyanyikan; meriah suara organ bergemuruh, dan lonceng Gereja bersahutan dibunyikan, genta kegembiraan.

Segenap penduduk kota diliputi damai dan sukacita.

Kemenangan besar Yesus Kristus dalam Sakramen Maha Kudus atas setan ini, terjadi di hadapan lebih dari 150.000 orang, dihadiri semua pejabat Gereja dan pemerintahan di kota itu, umat Protestan dan Katolik bersatu. Saya sudah menerbitkan suatu buku dari peristiwa luar biasa ini berjudul "Triumph of the Blessed Sacrament". Kenyataan ini telah dibukti-nyatakan oleh berbagai pihak dan diterbitkan dalam beragam bahasa - Perancis, Italia, Spanyol dan Jerman sebagaimana kutunjukkan di halaman 13, 14 dan 15 dari buku tsb.




Rabu, 07 Desember 2011

Jenazah Yang Tidak Membusuk
(The Incorrupted Bodies)



1.Fenomena Jenazah Para Kudus yang Tak Rusak


Sepanjang sejarah Gereja, kita jumpai adanya fenomena yang menarik, yaitu jenazah beberapa orang kudus yang tidak rusak. Namun, ada beberapa orang yang menolak adanya fenomena ini dengan alasan, jenazah para kudus itu diberi lilin atau disimpan dalam peti yang kedap udara.

Memang benar beberapa jenazah para kudus itu diberi lilin dan disimpan dalam peti yang kedap udara. Akan tetapi, sebelum hal itu dilakukan, jenazah mereka telah terkubur di dalam tanah bertahun-tahun lamanya; waktu yang lebih dari cukup untuk membusukkan suatu jenazah. Selain itu, jenazah yang diberi lilin hanyalah bagian-bagian tertentu saja dari potongan tubuhnya. Oleh karena itu, seharusnya bagian yang tak diberi lilin pun akan membusuk, tetapi kenyataannya bagian yang tak diberi lilin itu juga tidak rusak.

Jenazah para kudus yang tak rusak ini ditemukan di lingkungan-lingkungan yang berbeda, termasuk dalam lingkungan yang sangat mendukung pembusukan jenazah. Beberapa di antaranya dalam temperatur yang cukup tinggi untuk membusukkan jenazah, kelembaban yang besar, bahkan ada yang tergenang dalam rawa. Padahal, sebelumnya jenazah itu tidak pernah mengalami proses pengawetan sama sekali. Jenazah-jenazah itu tetap bebas dari pembusukan sekalipun lingkungannya memiliki unsur-unsur yang lengkap untuk membusukkan jenazah. Yang lebih mengherankan lagi adalah sebagian besar jenazah itu adalah orang-orang kudus dalam Gereja Katolik. Bagaimana mungkin alam dapat memilih jenazah?

Selain kondisi jenazah yang tak rusak (inkoruptibilitas) ada pula tanda lain, yaitu keharuman surgawi. Ini merupakan sebuah fenomena yang beberapa kali ditemukan saat jenazah atau makam orang-orang kudus tertentu dibongkar. Keharuman ini biasanya tak dapat dibandingkan oleh keharuman apa pun di dunia. Kardinal Lambertini mengatakan ini sebagai sebuah mujizat, karena hampir tidak mungkin jenazah tidak berbau busuk. Dan lebih tidak mungkin lagi, ada jenazah yang harum. Hal ini hanya mungkin terjadi jika ada campur tangan kuasa adikodrati, yaitu kuasa Allah sendiri. Akan tetapi, perlu diingat bahwa iblis pun bisa mengeluarkan bau harum. Oleh karena itu, tanda keharuman ini harus dikaitkan dengan kekudusan orang tersebut ketika masih hidup.

Kardinal Prospero Lambertini, yang di kemudian hari menjadi Paus Benediktus XIV (1675-1758), menulis lima jilid buku berjudul “De Beatificatione Servorum Dei et de Beatorum Canonizatione.” Di dalamnya ia menulis pula tentang fenomena jenazah yang tak rusak ini, dengan judul “De Cadaverum Incorruptione.” Tulisan Kardinal Lambertini ini sampai sekarang tetap menjadi bahan referensi untuk kasus-kasus semacam ini.

Kriteria dari jenazah yang tak rusak adalah setelah dikubur selama bertahun-tahun tanpa mengalami proses pengawetan, tetap dapat mempertahankan rona, kesegaran, dan kelenturan seolah-olah hidup setelah mati bertahun-tahun. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, dapat dikatakan suatu mujizat. Ketidakrusakan jenazah, bisa menjadi salah satu tanda kekudusan seseorang. Secara spiritualitas, tanda demikian merupakan indikasi bahwa jenazah orang tersebut dipersiapkan untuk kebangkitan tubuh dengan mulia.

Akan tetapi, tidak semua para kudus itu jenazahnya utuh sepenuhnya. Ada juga yang hanya bagian-bagian tertentu saja yang utuh, sedangkan bagian lainnya hancur secara alami. Hal ini berlaku misalnya pada St. Yohanes Krisostomos, si lidah emas. Semasa hidupnya ia banyak mewartakan kebenaran iman dan membela ajaran iman Katolik. Berkat kotbah-kotbahnya, banyak orang yang tersentuh dan mengalami pertobatan. Setelah ia wafat, beberapa tahun kemudian kuburnya dibongkar dan didapatkan lidahnya masih utuh sekalipun bagian tubuh lainnya sudah hancur.

Fenomena-fenomena ini memang menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa beberapa jenazah para kudus itu bisa tahan bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade, dan bahkan ada yang tahan beberapa abad? Akan tetapi, kemudian mengapa setelah tahan sedemikian lamanya jenazah itu pun akhirnya hancur secara alami? Bagaimana mungkin ada bagian tubuh yang masih bisa bertahan utuh padahal sudah terpisah dari badannya? St. Bernadette dan St. Therese dari Lisieux sama-sama gadis Perancis yang hidup di abad ke-19. Mereka sama-sama masuk biara pada usia muda dan meninggal pada usia muda. Akan tetapi, mengapa jenazah St. Bernadette utuh, sedangkan jenazah St. Therese ditemukan telah hancur secara alami ketika makamnya dibongkar? Jadi, mengapa tidak semua orang kudus jenazahnya utuh?

Gereja selalu menganjurkan agar kita mencari alasan ilmiahnya terlebih dahulu jika menemukan jenazah yang tidak rusak. Akan tetapi, memang dalam banyak kasus para ilmuwan masih belum dapat memberikan penjelasan ilmiahnya. Walau demikian, Gereja mengatakan bahwa jenazah yang tidak rusak tidak menjamin bahwa orang itu kudus. Memang betul, jenazah yang tidak rusak bisa menjadi tanda kekudusan, tetapi bukan berarti kalau ada jenazah yang tidak rusak, orang tersebut otomatis kudus. Kita perlu melihat bagaimana kehidupan orang itu, segala kebajikan-kebajikan selama hidupnya, singkatnya mengkaitkannya dengan kekudusan orang tersebut secara keseluruhan.


2. Beato Yohanes XXIII

Pada suatu hari, Paus Yohanes Paulus II memerintahkan agar jenazah Paus Yohanes XXIII dipindahkan ke bagian atas dari Basilika St. Petrus agar umat beriman dapat datang mendekati jenazahnya dengan lebih mudah untuk menghormatinya. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Januari 2001 dilakukanlah pembongkaran makam Paus Yohanes XXIII yang dilakukan oleh Kardinal Sodano, Sekretaris Negara Tahta Suci, Kardinal Noe, Imam Agung Basilika St. Petrus, dan Leonardo Sandri. Selain itu, identifikasi jenazah merupakan prosedur yang normal dalam proses kanonisasi. Paus Yohanes XXIII telah dinyatakan sebagai Beato pada tanggal 3 September 2000. Jadi, tujuan lain pembongkaran makam ini adalah karena Paus Yohanes Paulus II ingin semakin menegaskan kekudusan dari paus pendahulunya tersebut. Kardinal Noe mengatakan bahwa pemeriksaan jenazah merupakan salah satu langkah penting dalam proses kanonisasi.

Paus Yohanes XXIII meninggal tanggal 3 Juni 1962. Hal ini berarti ketika pembongkaran makam dilakukan, jenazahnya telah terkubur selama sekitar 39 tahun! Namun, apa yang terjadi? Begitu peti jenazah dibuka, orang-orang terkejut melihat keadaan jenazah sang beato. Dalam kesaksiannya, Kardinal Noe mengatakan bahwa wajah Beato Paus Yohanes XXIII tampak “utuh dan damai.” Laporan resmi menyatakan, “Begitu kain selubung dibuka, wajah Beato tampak utuh, dengan kedua mata tertutup dan mulut sedikit terbuka, dengan roman muka yang segera mengingatkan orang pada penampilan familiar paus yang dihormati itu.” Kedua tangan Bapa Suci yang masih menggenggam sebuah rosario, juga masih utuh. Setelah diperiksa secara resmi, jenazah disemprot dengan bahan anti bakteri dan peti pun disegel kedap udara.

3. Jenazah Para Kudus Lainnya yang Tak Rusak

Sebuah buku yang berjudul “The Incorruptibles” (Tan Books, 1977) melaporkan sedikitnya ada 102 orang kudus dalam Gereja Katolik yang jenazahnya tidak rusak. Oleh karena itu, banyak umat beriman yang melihat fenomena jenazah yang tak rusak ini sebagai salah satu tanda kekudusan.

Santa Sesilia adalah orang kudus pertama yang ditemukan jenazahnya tidak rusak. Ia meninggal sebagai martir pada tahun 177 M di Roma. Pada tahun 1599 jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak membusuk.

Santa Agata meninggal pada tahun 251 M. Akan tetapi, pada abad ke-11, jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak rusak. Bagian dari tubuhnya yang tidak rusak itu masih bisa kita lihat sampai sekarang.

Santa Bernadette Soubirous menerima penampakan dari Bunda Maria di Lourdes, Perancis. Ia meninggal pada tahun 1879, dan makamnya dibongkar 20 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1909. Saat itu ditemukan bahwa jenazahnya masih utuh dan sama sekali tidak ada kebusukan. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1919, kembali untuk keduanya kalinya makamnya dibongkar kembali. Dan untuk kedua kalinya pula ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada tahun 1923 makamnya dibongkar untuk ketiga kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada saat itu tubuhnya dibuka, dan didapatkan organ-organ tubuhnya masih lemas. Ketika 46 tahun kemudian sesudah St. Bernadette wafat, para dokter melaporkan bahwa lever (hati) St. Bernadette masih lembut dan hampir seperti lever orang hidup yang normal. Saat ini, jenazahnya disimpan dalam kapel St. Bernadet di Nevers, Perancis. Semua orang masih dapat melihat jenazahnya yang utuh hingga saat ini.

Jenazah St. Teresa Avila (1515-1582) juga ditemukan tidak membusuk. Padahal, St. Teresa Avila dikubur di dalam lumpur yang basah.

Ketika St. Yohanes Salib meninggal tahun 1591, ia dimakamkan di bawah lantai sebuah gereja. Ketika makamnya dibuka 9 bulan kemudian, jenazahnya masih segar dan lengkap. Bahkan ketika jarinya dipotong untuk dijadikan relikwi, tubuhnya mengeluarkan darah sebagaimana layaknya seorang yang masih hidup. Setelah itu, kembali 9 bulan kemudian makamnya dibuka untuk kedua kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih tetap dalam keadaan segar. Pembongkaran makam St. Yohanes Salib dilakukan lagi tahun 1859 dan 1909, dan jenazah tetap ditemukan dalam keadaan segar. Pembongkaran terakhir dilakukan tahun 1955, ini berarti sekitar 400 tahun sesudah wafatnya. Saat itu ditemukan jenazahnya masih utuh belum mengering dan masih lentur, walau ada sedikit perubahan pada warna kulitnya.

Seorang suster yang kudus dari Italia bernama St. Klara dari Montefalco ketika masih hidup berkata kepada para suster lainnya, “Jika engkau mencari salib Kristus, ambillah hatiku, dan engkau akan mendapatkan Kristus yang sedang menderita di sana.” Beberapa tahun setelah kematiannya, makamnya dibongkar. Saat itu, bukan saja ditemukan tubuhnya yang masih utuh. Bahkan, ketika para suster mengambil hatinya, ditemukan di sana tergores jelas sekali salib Kristus secara tipis, lengkap dengan kelima luka-Nya.

St. Sharbel Makhlouf adalah seorang rahib suci dari Lebanon. Setelah wafatnya, selama 45 malam makamnya memancarkan suatu cahaya yang khas. Menurut tradisi, jenazah biasanya membusuk dalam waktu 45 hari. Oleh karena itu, 45 hari kemudian makamnya dibongkar dan ditemukan jenazahnya masih utuh. Padahal dalam waktu 45 hari itu sempat ada hujan deras sekali sehingga jenazahnya ditemukan terendam di genangan lumpur. Kemudian jenazah St. Sharbel dikenakan pakaian baru dan dimasukkan ke dalam peti kayu, namun tubuhnya mengeluarkan minyak begitu banyaknya sampai-sampai bajunya harus diganti dua kali. Tahun 1927, berarti 29 tahun kemudian setelah kematiannya, makamnya kembali dibongkar dan dijumpai jenazahnya masih utuh dan lemas seperti tubuh orang hidup. Setelah itu ia dikuburkan kembali. Tahun 1950 para peziarah memperhatikan adanya minyak yang khas keluar dari makamnya. Saat itu banyak orang mengalami kesembuhan karena minyak tersebut. Akhirnya, kuburnya dibongkar kembali dan didapati jenazahnya masih utuh. Tubuh St. Sharbel ini tidak rusak selama 67 tahun dan akhirnya hancur seluruhnya pada tahun 1965.


4. Kaitan antara Kecantikan Fisik dan Kecantikan Rohani

Semua orang mengatakan Bunda Maria sangat cantik tiada taranya, dan kita ketahui Bunda Maria adalah manusia terkudus sepanjang masa. Mereka yang pergi ke Nottuno, Italia, dapat memandang kecantikan dari St. Maria Goretti, dan bahkan sekalipun Beato Yohanes XXIII tidak dibilang tampan tetapi banyak orang senang memandang wajahnya. Pada kenyataannya, ada banyak jenazah para kudus yang ditemukan tidak rusak walau sudah meninggal bertahun-tahun lamanya. Adakah hubungannya antara kekudusan dengan kecantikan atau ketampanan?

Fenomena jenazah yang tak rusak ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa iman kita tidak hanya mempengaruhi rohani kita saja tetapi juga jasmani kita. Penjelmaan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus adalah sesuatu yang supernatural tetapi sekaligus sungguh nyata, ada dalam sejarah. Demikian pula kebangkitan-Nya merupakan hal yang adikodrati, tetapi sekaligus sungguh-sungguh riil.

Dengan kata lain, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak menyampaikan kepada kita bahwa ada keterkaitan yang erat antara dunia rohani dan dunia jasmani. Bukankah Allah dikatakan Mahakudus, tetapi sekaligus juga dikatakan Mahaindah? Memang kita tidak dapat merumuskan dengan tepat keterkaitan antara jiwa dan raga kita. Akan tetapi, apa yang kita lakukan terhadap jiwa kita akan mempengaruhi tubuh kita. Sebaliknya, apa yang kita lakukan terhadap tubuh kita akan mempengaruhi jiwa kita.

Pada zaman sekarang ini, diketahui bahwa banyak orang yang sakit kanker memiliki luka batin yang berat dalam hidupnya. Mereka yang berbeban berat, depresi, stress, akan langsung dikenali melalui wajahnya. Sebaliknya, mereka yang suci hatinya akan memancarkan sesuatu yang menyenangkan pada wajahnya, bahkan sekalipun mereka sedang sakit.

Dengan demikian, fenomena ini mengingatkan kita bahwa kita sebetulnya adalah bagian dari Tubuh Mistik Kristus dengan Kristus sendiri sebagai Kepalanya. Kristus yang adalah kepala menjadi sumber rahmat bagi seluruh anggota tubuh-Nya. Ia menyalurkan segala rahmat, karunia, dan keindahan-Nya ke seluruh bagian tubuh-Nya. Mereka yang melepaskan diri dari Kristus sama seperti ranting yang melepaskan diri dari pokoknya sehingga akhirnya akan mati dan kering. (bdk. Yoh 15:4-5) Semakin kita mengambil bagian dalam hidup Kristus, semakin kita mengambil bagian dalam kekudusan dan keindahan-Nya.

“Karena semua kaum beriman membentuk satu Tubuh saja, maka harta milik dari yang satu disampaikan kepada yang lain. Dengan demikian orang harus percaya bahwa di dalam Gereja ada pemilikan bersama. Yang paling utama dari semua anggota Gereja adalah Kristus, karena Ia adalah Kepala. Jadi milik Kristus dibagi-bagikan kepada semua anggota, dan pembagian ini terjadi oleh Sakramen-Sakramen Gereja” (St. Thomas Aquino).


5. Apa yang Ingin Disampaikan Allah?

Allah tentu punya rencana tertentu, mengapa ia membiarkan fenomena yang istimewa ini terjadi sepanjang sejarah Gereja. Selain menyadarkan kita akan adanya keterkaitan antara jasmani dan rohani, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak mengingatkan kita pula akan adanya kebangkitan orang-orang mati pada kedatangan Yesus yang kedua. Saat itu, mereka akan menerima kembali seluruh tubuhnya secara utuh.

“Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:28-29).

Pada akhirnya, fenomena ini hendak menunjukkan bahwa sampai saat ini mujizat masih terjadi. Allah mengkomunikasikan diri-Nya melalui segala mujizat yang dapat kita saksikan. Allah masih bekerja di tengah-tengah kita, karena kasih-Nya setia, abadi selamanya.

6. Jenazah Para Kudus Lainnya yang Tak Rusak dan Masih Dapat Kita Lihat Sampai Saat Ini

§ St. Zita meninggal pada tahun 1272 di sebuah desa dekat kota Lucca, Italia. Pada tahun 1580, jenazahnya ditemukan tidak rusak dan akhirnya dibaringkan di Gereja St. Frigidian agar umat dapat menghormatinya dengan lebih mudah.

§ St. Catherine Laboure (1806-1876), jenazahnya ditemukan utuh pada tahun 1933. Kini kita dapat melihat jenazahnya di Paris.

§ St. Yohanes Maria Vianney dari Ars, meninggal tahun 1859 dan jenazahnya ditemukan dalam keadaan baik tahun 1904. Kita masih dapat melihat jenazahnya di Ars, Perancis.

§ St. Vincentius Palloti meninggal tahun 1850 dan makamnya dibongkar dua kali, yaitu tahun 1906 dan 1950. Jenazahnya yang tidak rusak masih dapat kita lihat sekarang di Onda, Italia.

§ St. Teresa Margareta Redi meninggal tahun 1770 dan ditemukan jenazahnya masih utuh pada tahun 1783. Jenazahnya dapat kita lihat di Firenze, Italia.

§ St. Andreas Bobola, meninggal tahun 1657. Setelah 40 tahun kemudian jenazahnya ditemukan masih utuh. Kita dapat melihatnya sekarang di Warsawa, Polandia.

§ St. Catarina dari Bologna, Italia (1413-1463), jenazahnya diletakkan dalam keadaan sedang duduk di atas sebuah kursi sampai saat ini. Berarti, sudah selama sekitar 500 tahun!

§ St. Rita dari Cascia (1381-1457), jenazahnya dapat dilihat dalam sebuah peti kaca di Cascia, Italia. Kebanyakan orang di sana sudah terbiasa melihat posisi jenazah St. Rita yang kadang berubah, bahkan matanya kadang terbuka kadang terpejam, seolah masih hidup.

§ St. Sperandia, meninggal tahun 1276, dan kita dapat melihat jenazahnya di Cingoli, Italia. Dari dalam tubuhnya keluar suatu keharuman yang manis.

Sebetulnya masih ada beberapa jenazah orang kudus yang masih dapat dilihat sampai saat ini karena masih belum rusak, antara lain St. Maria Goretti (1890-1902), St. Fransiskus Xaverius (1506-1552), St. Anna Maria Taigi, dan lain-lain.






sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2010/03/jenazah-yang-tidak-membusuk-incorupted.html#ixzz1fqPpklcB