Senin, 12 Desember 2011

Eksorsisme Nicola Aubrey,
oleh Father Michael Müller, C.S.S.R.



Sungguh suatu kenyataan yang luar biasa bahwa, sebagaimana setan menggunakan Luther, seorang rahib yang ingkar, demi merendahkan Misa Kudus dan menyangkal Kehadiran Nyata, sedemikan pula Allah dapat menggunakan kekuatan setan sebagai pembuktian kehadiranNya yang nyata. Allah berulang kali secara terbuka memaksa setan untuk menyatakan kepercayaannya tentang kehadiranNya yang nyata, untuk mengacaukan para bidaah akibat kesesatan mereka, dan menaklukkan dirinya (setan) di hadapan Allah dalam rupa Sakramen Maha Kudus.


Untuk maksud inilah Allah telah mengijinkan seorang wanita yang bernama Nicola Aubrey, seorang yang inosen/tak bersalah menjadi dikuasai/dirasuki oleh Beelzebul dan 29 kekuatan jahat lainnya. Penguasaan ini terjadi 08/Nov/1565 dan berakhir hingga 08/Feb/1566.

Orang tuanya membawa Nicola kepada Romo de Motta, seorang Imam yang saleh di Vervins, agar beliau dapat mengusir setan melalui eksorsisme sesuai Gereja Katholik. Rm.de Motta telah mencoba beberapa kali mengusir kekuatan jahat dengan menggunakan relikwi salib suci, namun tidak berhasil; Setan tidak dapat diusir. Akhirnya, diinspirasikan oleh Roh Kudus, beliau memutuskan untuk mengusir setan dengan kehadiran Sakramen Tubuh dan Darah Kristus. Sementara Nicola terbaring dalam keadaan mati suri, Rm.de Motta meletakkan Sakramen Maha Kudus di bibir Nicola, dan seketika daya kekuatan jahat dipatahkan; Nicola kembali sadar dan dapat menerima komuni kudus dengan segenap tanda devosi. Segera setelah Nicola dapat menerima Komuni Kudus, wajahnya menjadi cerah dan cantik sebagaimana raut wajah seorang malaikat, dan semua yang menyaksikannya diliputi sukacita dan keheranan, dan mereka bersyukur memuji Allah dari hati mereka yang terdalam.

Dengan seijin Allah, setan datang kembali dan merasuki Nicola lagi.

Ketika keadaan penguasaan setan atas Nicola diketahui orang banyak, beberapa orang pengkotbah Calvinis bersama pengikutnya datang, untuk "menyingkap kebohongan Paus" kata mereka. Saat mereka masuk, setan memberi salam sambil mengejek mereka, menyebut nama2 mereka dan mengatakan bahwa mereka telah datang karena ketaatan pada setan. Salah seorang pengkotbah membuka buku doa Protestannya dan mulai membaca dengan wajah yang sungguh khidmat. Setan mentertawakannya, dan menunjukkan mimik muka seperti komik, setan berkata: "Ho ho! Teman-teman baikku; apakah engkau ingin mengusir aku dengan doa2 dan pujianmu? Apakah kamu pikir hal itu akan menyakiti aku ? Tidak tahukah kamu bahwa doa pujian itu milikku ? Akulah yang telah membantu untuk menggubahnya !"

"Aku akan mengusirmu dalam nama Tuhan," kata pengkotbah itu sungguh2.

"Kamu..!" kata setan, mengejek. "Kamu tidak akan mengusir aku baik dalam nama Tuhan atau dalam nama setan. Apakah kamu pernah mendengar ada setan yang satu mengusir setan yang lain?"

"Aku bukan setan." kata pengkotbah itu dengan marah, "Aku adalah pelayan Kristus".

"Seorang pelayan Kristus, tentu saja!" kata setan sambil menyeringai. "Tahukah kamu! Kukatakan padamu bahwa kamu lebih buruk daripada aku. Aku percaya, sedangkan kamu tidak mau percaya. Apakah kamu mengira bahwa kamu dapat mengusir aku dari tubuh orang sialan ini? Ha! Pergilah dulu dan usir setan2 dari dalam hatimu sendiri !"

Pengkotbah itu hendak pergi, ia merasa tidak senang. Ketika berjalan keluar, ia berkata seraya menatap ke atas, "O Tuhan, aku berdoa padaMu, tolonglah anakmu yang malang ini!"

"Dan aku berdoa, Lucifer," teriak setan, "agar pengkotbah ini tidak akan pernah meninggalkanmu (Lucifer), tetapi semoga ia tetap memujamu dengan segenap kekuatannya, seperti yang dilakukannya saat ini. Pengkotbah, pergilah selesaikan tugas2mu sekarang. Kalian semua milikku, dan akulah tuanmu".

Saat Romo de Motta tiba, beberapa orang Protestan segera pergi - mereka telah melihat dan mendengar lebih dari yang mereka inginkan. Yang lainnya, bagaimanapun, tetap tinggal; dan amatlah dahsyat terror yang mereka terima ketika mereka melihat bagaimana setan menggeliat dan berteriak dalam kengerian, ketika Sakramen Maha Kudus dibawa dekat pada setan. Ahhirnya kekuatan jahat itu pergi, meninggalkan Nicola dalam keadaan tak sadar.
Sementara Nicola dalam keadaan ini, beberapa pengkotbah mencoba membuka mata Nicola, namun mereka tak dapat melakukannya. Romo kemudian meletakkan Sakramen Maha Kudus di bibir Nicola; dan seketika ia kembali sadar.

Romo de Motta kemudian berpaling kepada para pengkotbah yang keheranan, dan berkata: "Pergilah sekarang, kalian para pengkotbah Injil baru; pergilah dan kabarkan kemana saja apa yang telah kalian lihat dan dengar. Janganlah lagi menyangkali bahwa Tuhan kita Yesus Kristus sungguh2 ada dan nyata hadir dalam Sakramen Mahakudus di altar. Pergilah sekarang, dan jangan membiarkan wibawa hormat manusia menghalang-halangimu dari menyatakan kebenaran".

Selama beberapa hari eksorsisme berikutnya, setan dipaksa untuk mengakui bahwa ia memang tidak diusir di Vervins, dan bahwa ia membawa bersamanya 29 setan2 lain diantaranya 3 iblis yang berkuasa : Cerberus, Astaroth dan Legio.

Pada hari ke 3 di bulan Januari tahun 1556, bapa Uskup tiba di Vervins, dan memulai eksorsisme di Gereja, di tengah kehadiran umat yang amat banyak.

"Saya perintahkan engkau, dalam nama dan kekuatan dari kehadiran nyata Tuhan kami dalam Sakramen Maha Kudus, untuk segera enyah." demikian kata bapa Uskup kepada setan dalam suaran yang khidmat.

Setan akhirnya diusir, untuk kedua kalinya berkat kehadiran Sakramen Ekaristi. Saat pergi, setan melumpuhkan tangan kiri dan kaki kanan Nicola, dan juga membuat tangan kirinya lebih panjang dari tangan kanan; dan tidak ada kekuatan di bumi yang dapat menyembuhkan keadaan yang aneh ini, hingga beberapa minggu kemudian ketika setan akirnya telah dienyahkan dengan sempurna dan tidak dapat kembali lagi.

Nicola kemudian dibawa ke perayaan peziarahan Bunda Maria dari Liesse, khususnya karena setan sepertinya amat takut terhadap tempat itu.

Hari berikutnya Rm.de Motta memulai eksorsisme di Gereja Bunda Maria daria Liesse, di tengah kehadiran umat yang besar.

Romo memegang Sakramen MahaKudus dalam tangannya dan menunjukkanNya pada iblis, sambil berkata "Aku perintahkan engkau, dalam nama Tuhan yang hidup, Emmanuel yang Agung yang hadir di sini, dan yang di dalamNya engkau percaya".

"Ah, ya!" kata setan, "Aku percaya padaNya," dan setan berteriak kesakitan lagi ketika mengatakan pengakuannya, karena ia disiksa oleh kekuatan Ilahi.

"Aku perintahkan engkau, oleh karena NamaNya." kata Imam. "untuk meninggalkan tubuh ini segera"

Dengan kata2 ini, dan khususnya dengan kehadiran Sakramen Ekaristi, setan menderita siksaan hebat yang sangat menakutkan. Suatu saat tubuh Nicola berputar menggelinding seperti bola, lalu kembali tubuhnya membengkak sangat menakutkan.
Suatu ketika wajahnya memanjang dengan aneh, lalu melebar sekali dan terkadang berwarna merah padam dan terkadang berbintik-bintik seperti katak.

Imam masih meneruskan untuk mendesak dan menyiksa setan. "Roh yang terkutuk" teriaknya, "Aku perintahkan engkau, dalam Nama dan oleh kehadiran nyata dari Tuhan kita Yesus Kristus di sini dalam Sakramen Maha Kudus, untuk segera enyah dari tubuh makhluk yang malang ini".

"Ah ya!" jerit setan, melengking liar, "26 dari teman2ku akan segera pergi saat ini, karena mereka dipaksa berbuat demikian".

Para jemaat yang hadir kini mulai berdoa dengan penuh semangat. Tiba2 anggota badan Nicola mulai retak, seperti tulang2 dalam tubuhnya mulai patah, semacam wabah asap/uap keluar dari mulutnya, dan 26 roh jahat meninggalkan tubuh Nicola, tidak pernah kembali lagi.

Lalu Nicola jatuh pingsan, dimana ia hanya dapat disadarkan dengan Sakramen Maha Kudus. Ketika dipulihkan dan menerima sakramen Ekaristi, raut wajah Nicola bercahaya seperti wajah seorang malaikat.

Imam masih meneruskan mendesak setan, dan menggunakan semua harta pusaka gereja untuk mengusirnya.

"Aku tidak akan pergi, kecuali diperintahkan oleh Uskup dari Leon" kata setan dengan marah.

Lalu Nicola dibawa ke Pierrepont, dimana satu iblis bernama Legio, diusir oleh kehadiran Sakramen Maha Kudus.

Pagi hari berikutnya Nicola dibawa ke Gereja. Dengan menakutkan ia dibawa keluar rumah, ketika setan merasukinya lagi.

Uskup yang diminta untuk pengusiran dalam Nicola, mempersiapkan dirinya untuk tugas yang berat ini dengan berdoa dan berpuasa, dan mengerjakan perbuatan2 silih lainnya.

Saat kedatangan Nicola di Gereja, eksorsisme dimulai. "Berapa diantaramu yang ada dalam tubuh ini?" tanya bapa Uskup.

"Kami bertiga" jawab roh jahat itu.

"Apa nama2 kalian?"

"Beelzebub, Cerberus, dan Astaroth."

"Apa yang terjadi pada yang lainnya? tanya bapa Uskup.

"Mereka sudah dienyahkan" jawab setan.

"Siapa yang mengusir mereka?"

"Ha!" teriak setan, menggertakkan giginya. "itulah Dia yang engkau pegang dalam tanganmu, di sana dalam Patena". Setan menunjuk Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus.

Bapa Uskup lalu memegang Sakramen Maha Kudus ke dekat wajah Nicola. Setan menggeliat dan berteriak penuh kengerian. "Ah. ya! Aku akan pergi, aku akan pergi!" ia memekik tertawa, "tetapi aku akan kembali".

Segera tubuh Nicola menjadi kaku dan tak bergerak seperti batu marmer. Bapa Uskup lalu menyentuhkan bibirnya dengan Sakramen Maha Kudus dan detik itu juga ia segera sadar sepenuhnya. Nicola menerima Komuni Kudus dan air mukanya sekarang bercahaya memancarkan kecantikan Ilahi.

Hari berikutnya Nicola dibawa kembali ke Gereja, dan eksorsisme dimulai lagi seperti biasa.

Bapa Uskup memegang Sakramen Ekaristi dalam tangannya, mendekatkan pada wajah Nicola dan berkata:

"Aku perintahkan engkau dalam nama Allah yang hidup, dan dengan kehadiran Yesus Kristus Tuhan kita yang nyata di sini dalam Sakramen di altar, agar engkau segera enyah dari tubuh ciptaan Tuhan ini dan tak pernah kembali".

"Tidak, tidak" teriak setan, "Aku tidak akan pergi. Waktuku belum tiba".

"Aku perintahkan engkau untuk pergi, enyahlah, roh tercela, terkutuk! Pergilah!" dan bapa Uskup memegang Sakramen Maha Kudus dekat wajah Nicola.

"Stop, stop!" jerit setan; "biarkan aku pergi! Aku akan pergi - tetapi aku akan kembali". Segera Nicola terjatuh dengan tawa yang mengerikan. Suatu asap hitam keluar dari mulutnya dan ia jatuh pingsan lagi.

Selama Nicola tinggal di Leon, ia dengan hati-hati dipelajari oleh para psikiater Katolik dan Protestan. Tangan kirinya, yang telah dilumpuhkan oleh setan, didapati mati rasa. Para dokter menggores lengannya dengan pisau tajam, membakar dengan api, menusuk dengan jarum dan paku pada jari2 tangannya, tetapi Nicola tidak merasa sakit; tangannya telah mati rasa.
Suatu ketika Nicola sedang berbaring dalam keadaan mati suri, para dokter memberinya semacam roti yang dicelupkan ke dalam anggur (seperti yang disebut kaum Protestan sebagai komuni mereka atau Perjamuan Kudus), mereka menyeka bibrnya dengan kasar, meeka memercikkan air pada wajahnya, mereka menusuk lidahnya hingga darah keluar; mereka mencoba segala cara untuk membagunkan Nicola, namun sia-sia!
Tubuh Nicola tetap diam dan tak bergerak seperti patung marmer. Akhirnya Imam menyentuhkan Sakramen Maha Kudus ke bibir Nicola dan seketika ia kembali sadar sepenuhnya dan mulai memuji Tuhan.

Mukjizat ini sangat jelas, sangat gamblang, hingga seorang dokter yang tadinya Calvinis fanatik, segera memperbaiki kesalahannya, dan menjadi Katholik.

Beberapa kali, juga kaum Protestan menyentuhkan hosti yang belum dikonsekrasi ke wajah Nicola, yang mana konsekwensinya adalah hanya roti, tidak berpengaruh sedikitpun bagi setan, malah ia melecehkan usaha mereka.

Pada tanggal 27 Januari, bapa Uskup, setelah berjalan dalam prosesi yang hikmat dengan para rahib dan umat, memulai exorsisme di Gereja, dengan kehadiran banyak jemaat Protestan dan Katolik.

Bapa Uskup sekarang memegang Sakramen Maha Kudus dekat ke wajah Nicola. Tiba-tiba suatu teriakan yang liar dan aneh terdengar nyaring di udara - suatu asap hitam pekat keluar dari mulut Nicola. Setan Astaroth telah dienyahkan selamanya.

Selama eksorsisme yang berlangsung tanggal 1 Feb, bapa Uskup mengatakan:

"O roh yang terkutuk! Oleh karena bukan doa, atau Injil Suci ataupun eksorsisme oleh Gereja, atau relikwi suci, dapat memaksamu untuk pergi, saya sekarang akan menunjukkan padamu Tuhan dan Junjungan kami, dan dengan kuasaNya saya perintahkan engkau"

Selama eksorsisme yang dilangsungkan setelah Misa, bapa Uskup memegang Sakramen Maha Kudus dalam tangannya dan berkata : "O roh yang terkutuk, musuh besar dari Allah yang maha Kuasa! Aku perintahkan engkau, oleh Darah Yesus Kristus yang Maha Mulia hadir di sini, agar enyah dari wanita malang ini! Enyahlah hai terkutuk ke dalam api neraka yang kekal!"

Saat kata2 ini diucapkan, dan khususnya dengan kehadiran Sakramen Maha Kudus, setan menjadi sangat takut dan kesakitan dan penampilan Nicola menjadi seram dan memberontak, hingga orang2 memalingkan mata mereka penuh ketakutan. Akhirnya suatu keluhan berat terdengar, dan sutau awan dari asap hitam keluar dari mulut Nicola, Cerberus telah dienyahkan.

Lalu Nicola jatuh lagi dalam mati suri dan ia dapat disadarkan kembali hanya oleh kehadiran Sakramen Ekaristi.

Selama eksorsisme, yang berlangsung di hari ketujuh bulan Februari, Uskup mengatakan pada setan:

"Katakan padaku, mengapa engkau merasuki tubuh wanita Katolik yang jujur dan berbudi luhur ini ?"

"Aku melakukannya atas ijin Allah. Aku telah dapat menguasai dia akibat dosa-dosa banyak orang. Aku melakukannya untuk menunjukkan kepada para pengikut Calvinis ku bahwa mereka adalah roh jahat yang dapat mengambil kuasa atas manusia jika Allah mengijinkannya. Aku tahu mereka tak ingin mempercayai ini; namun aku akan menunjukkan kepada mereka bahwa akulah roh jahat. Aku telah merasuki makhluk ini agar mereka bertobat, atau agar makin mengeraskan hati mereka dalam dosa2 mereka; dan melalui kurban berdarah, akau akan melakukan karya2ku".

Jawaban ini menakutkan hati tiap orang yang mendengarnya dengan horor. "Ya" jawab bapa Uskup dengan khidmat, "Allah menginginkan persatuan setiap orang hanya dalam iman yang kudus. Karena hanya ada satu Allah, maka hanya ada satu agama yang benar. Agama seperti yang telah diciptakan kaum protestan
hanyalah suatu olok-olok yang palsu. Ajaran ini pasti hancur. Agama yang didirikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya yang sejati; hanya itu yang akan bertahan sampai kekal. Agama ini dimaksudkan untuk persatuan semua umat manusia dalam rangkulan pengorbanannya, agar hanya ada satu kawanan dengan satu gembala. Gembala Ilahi inilah Tuhan kita Yesus Kristus, yakni kepala yang tak nampak dari Gereja Katolik yang Kudus. yang pemimpin nyatanya adalah Bapa Suci - Paus penerus St.Petrus".

Setan berdiam diri - dia dipermalukan di hadapan orang banyak. Setan sekali lagi dienyahkan oleh kehadiran Sakramen Maha Kudus.

Pada sore harinya, setan mulai menangis: "Ah! Ha! Kalian pikir bahwa kalian dapat mengusir aku dengan cara ini. Kalian tidak memiliki prosedur kehadiran Uskup yang benar. Di manakah para diakon dan prodiakon? Di manakah para hakim agung? Di mana kepala hakim, yang telah ketakutan karena ucapannya malam itu, di penjara ? Di manakah para penagih kerajaan ? Di mana para pengacara dan penasihat ? Di mana juru tulis pengadilan ? (Setan menyebutkan nama mereka masing2) "Aku tidak akan pergi sampai mereka semua hadir. Jika aku harus pergi sekarang, apa bukti yang dapat kalian berikan pada raja atas segala sesuatu yang telah terjadi? Kalian pikir orang akan mempercayaimu demikian saja? Tidak, tidak! Akan banyak yang mengajukan keberatan2. Pengakuan dan
kesaksian dari orang2 & penduduk setempat bobotnya rendah. Adalah penyiksaan bagiku bahwa aku harus memberitahu padamu apa yang harus kalian lakukan. Aku dipaksa untuk melakukannya. Ha! Terkutuklah jam disaat pertama aku menguasai orang sial ini".

"Aku menemukan sedikit kesenangan dari ocehanmu," jawab bapa Uskup; "Ada cukup banyak saksi di sini. Mereka yang kau sebutkan tidaklah dibutuhkan.
Enyah! lalu berikan kemuliaan bagi Tuhan. Pergilah - ke dalam kobaran api neraka!"

"Ya, aku akan pergi, namun tidak hari ini. Aku tahu pasti aku harus pergi. Kalimatku telah berlalu; aku dipaksa untuk pergi"

"Aku tidak perduli pada ocehanmu", kata bapa Uskup, "Aku dapat mengusirmu dengan kuasa dari Allah; dengan darah yang Maha Mulia dari Tuhan kita Yesus Kristus".

"Ya, aku harus taat padamu", teriak setan dengan liar. "Sangat menyakitkan bagiku untuk memberi padamu hormat ini".

Bapa Uskup sekarang mengangkat Sakramen Maha Kudus dalam tangannya, dan memegangnya dekat dengan wajah Nicola.

Akhirnya setan dipaksa untuk pergi sekali lagi.

Pagi berikutnya, setelah prosesi selesai, Kurban Misa Kudus dirayakan seperti biasanya.
Selama konsekrasi, Nicola diangkat ke udara setinggi 6 kaki (sekitar 180 cm) sebanyak 2-kali, dan dijatuhkan dengan keras ke lantai. Saat Uskup, sejenak sebelum Bapa Kami, mengambil Hosti sekali lagi dalam tangannya dan mengangkat hosti beserta piala, Nicole diangkat lagi ke udara, dengan 15 orang pria yang menahannya setinggi 6 kaki, dan setelah beberapa waktu ia jatuh dengan keras ke lantai.

Pada saat ini, semua yang hadir dipenuhi teror yang mengerikan. Seorang Jerman Protestan bernama Voske jatuh berlutut, berlinang air mata; iapun bertobat.

"Ah!" kata Voske. "Aku sekarang percaya penuh bahwa setan sungguh dapat menguasai makhluk yang malang. Aku percaya bahwa sungguh2 hanyalah Tubuh dan Darah Kristus yang dapat mengusir setan. Aku sungguh percaya. Aku tidak akan lagi menjadi Prostestan".

Selesai Misa, eksorsisme dimulai seperti biasanya.
"Sekarang, akhirnya," kata bapa Uskup, "engkau harus pergi. Pergilah, roh jahat!"
"Ya," kata setan, "benar bahwa aku harus pergi, tapi belum saatnya. Aku tidak akan pergi sebelum waktunya sejak aku menguasai orang celaka ini"

Akhirnya Uskup mengambil Hosti Kudus dalam tangannya dan berkata: "Dalam nama Allah Tritunggal termulia: Bapa, Putera dan Roh Kudus - dalam nama Tubuh Kritus yang hadir di sini - aku perintahkan engkau, roh jahat, enyahlah".

"Ya, ya, itu benar!" teriak setan dengan liar: "benarlah, Itu adalah Tubuh dan Darah Kristus. Aku harus mengakuinya, karena aku dipaksa untuk melakukannya. Ha! Sangat menyakitkan bagiku untuk mengakuinya, tapi aku harus. Aku mengatakan yang benar hanya jika aku dipaksa melakukannya. Kebenaran bukan dari aku. Kebenaran datang dari Allah Tuhanku dan Majikanku. Aku telah dapat merasuki tubuh ini atas seijinNya.

Bapa Uskup sekarang memegang Hosti Kudus dalam tangannya dekat ke wajah Nicola. Setan menggeliat dalam kesakitan yang mengerikan. Ia berusaha dengan segala cara untuk menghindari kehadiran Tuhan Yesus dalam Sakramen Maha Kudus. Akhirnya suatu asap hitam yang panjang keluar dari mulut Nicola. Iapun jatuh tak sadarkan diri dan sekali lagi dapat disadarkan hanya dengan kehadiran Sakramen maha Kudus.

Pada tanggal 8 Feb., hari yang ditetapkan Allah dimana setan harus meninggalkan Nicola selama-lamanya, akhirnya tiba. Setelah prosesi yang hikmat, bapa Uskup memulai eksorsisme yang terakhir.

"Aku tidak akan bertanya lagi kepadamu," kata bapa Uskup pada setan, "ketika engkau berniat pergi; aku akan memaksa mu keluar segera dengan kuasa dari Allah yang hidup dan tubuh dan darah termulia Yesus Kristus, Putera terkasihNya, disini hadir dalam Sakramen di Altar".

"Ha! Ya", jerit setan: "Aku mengakui bahwa Putera Allah sungguh hadir di sini. Ia adalah Tuhan dan Majikanku. Sangat menyiksa bagiku untuk mengakuinya, namun aku dipaksa untuk melakukan ini." Lalu setan mengulanginya beberapa kali, dengan teriakan yang nyaring dan aneh: "Ya benar, aku harus mengakuinya. Aku dipaksa untuk keluar, oleh kuasa Tubuh Kristus yang hadir di sini. Aku harus - aku harus pergi. Aku sangat tersiksa karena harus pergi demikian cepat, dan aku harus mengakui kebenaran ini. Tetapi kebenaran ini bukan dari aku; kebenaran ini datang dari Tuhanku dan Majikanku, yang telah mengirim aku kemari, dan yang telah memerintahkan dan memaksa aku untuk memberi kesaksian akan kebenaran ini di depan khalayak."

Bapa Uskup lalu mengambil Sakramen Maha Kudus dalam tangannya dan meninggikanNya lalu berkata dengan khidmat: "O engkau yang jahat, roh yang tercemar, Beelzebub ! Engkau musuh besar Allah yang kekal! Perhatikanlah, hadir di sini, Tubuh dan Darah dari Tuhan kita Yesus Kristus, Tuhan dan Junjungan kita. Aku mendesakmu, dalam nama dan kuasa dari Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus, sungguh Allah sungguh manusia, yang hadir di sini; aku perintahkan engkau segera pergi untuk selama-lamanya dari ciptaan Allah ini. Pergilah ke tempat terdalam dari neraka, disana untuk tersiksa selama-lamanya. Pergilah, roh yang tercemar, pergilah - perhatikan di sini Tuhan dan Allahmu !".

Melalui kata2 khidmat ini, dan di depan Sakramen Kudus Allah, tubuh wanita malang yang dirasuki itu menggeliat ketakutan. Anggota2 tubuhnya retak seolah tiap2 tulangnya patah. Kelima belas pria dewasa yang kuat menahannya dengan susah payah. Mereka terhuyung-huyung dari satu sisi ke sisi yang lain, sehingga mereka bersimbah peluh. Setan mencoba menghindat dari kehadiran Tuhan Allah dalam Sakramen Maha Kudus. Mulut Nicola terbuka lebar, lidahnya menjulur panjang melewati dagunya, wajahnya membengkak dan rautnya menyimpang aneh sangat menakutkan.

Warna tubuhnya berubah-ubahnya dari kuning menjadi hijau, dan malah menjadi abu-abu atau biru, sehingga ia tidak lagi nampak serupa seorang manusia; ia lebih nampak sebagai inkarnasi setan yang mengerikan. Seluruh yang hadir tercekam dalam teror, khususnya ketika mereka mendengar jerit tangis setan yang menakutkan, terdengar seperti raungan nyaring seekor kerbau liar.

Merekapun jatuh berlutut, berlinang air mata, menangis: "Yesus, kasihanilah kami!"

Bapa Uskup terus mendesak setan. Akhirnya roh jahat itu pergi dan Nicola terjatuh tak sadarkan diri ke tangan para penahannya. Dia masih shock dan trauma. Saat itu dalam kondisi demikian ia dipertunjukkan kepada para hakim, dan kepada segenap yang hadir, ia telah berputar menggelinding seperti bola.
Bapa Uskup pun berlutut untuk memberikan Sakramen Maha Kudus, seperti biasanya. Namun lihat! Tiba2 setan itu kembali, dengan amarah yang liar, berusaha membekukan tangan Uskup dan malah mencoba merebut Sakramen itu. Bapa Uskup berusaha mengelak; Nicola terangkat ke udara dan Uskup bangkit berdiri, terkejut dan tergetar oleh teror hingga pucat pasi.

Namun Uskup yang baik itu mengumpulkan segenap keberaniannya; ia mengejar si setan, memegang Sakramen Maha Kudus dalam tangannya, sampai suatu jarak dengan setan, maka diliputi kuasa Tubuh Kristus Tuhan kita, keluarlah dari mulut Nicola asap pekat dan kilat menyambar disertai guntur.

Sejurus kemudian, setan telah dipaksa enyah selama-lamanya, pada Jum'at sore itu tepat jam tiga, pada hari dan jam yang sama ketika Kristus Tuhan kita mengalahkan kekuasaan neraka oleh KematianNya yang menyelamatkan.

Nicola sekarang telah dipulihkan dengan sempurna, ia dapat menggerakkan tangan kirinya dengan mudah. Ia jatuh berlutut, bersyukur dan memuji Allah, dan berterimakasih kepada bapa Uskup atas segala yang telah diberikannya kepada Nicola.

Para umat yang hadir menangis dalam sukacita dan menyanyikan kidung pujian dan syukur dalam hormat kepada Allah dalam Sakaramen Maha Kudus.

Di segenap penjuru kota terdengar teriakan: "Oh, mukjizat yang luar biasa! Oh, terimakasih dan syukur pada Tuhan, bahwa aku menyaksikannya! Siapakah yang sekarang dapat meragukan kehadiran Tuhan kita Yesus Kristus yang nyata dalam Sakramen di Altar yang kudus!"

Banyak orang Protestan juga berkata: "Sekarang aku percaya pada kehadiran Kristus Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus; aku telah menyaksikannya dengan mataku sendiri! Aku tak akan menjadi calvinis lagi. Terkutuklah mereka yang telah menyesatkan aku! Oh, sekarang aku dapat mengerti kemuliaan dalam Kurban Misa yang Kudus!"

"Te Deum" yang khidmat dinyanyikan; meriah suara organ bergemuruh, dan lonceng Gereja bersahutan dibunyikan, genta kegembiraan.

Segenap penduduk kota diliputi damai dan sukacita.

Kemenangan besar Yesus Kristus dalam Sakramen Maha Kudus atas setan ini, terjadi di hadapan lebih dari 150.000 orang, dihadiri semua pejabat Gereja dan pemerintahan di kota itu, umat Protestan dan Katolik bersatu. Saya sudah menerbitkan suatu buku dari peristiwa luar biasa ini berjudul "Triumph of the Blessed Sacrament". Kenyataan ini telah dibukti-nyatakan oleh berbagai pihak dan diterbitkan dalam beragam bahasa - Perancis, Italia, Spanyol dan Jerman sebagaimana kutunjukkan di halaman 13, 14 dan 15 dari buku tsb.




Rabu, 07 Desember 2011

Jenazah Yang Tidak Membusuk
(The Incorrupted Bodies)



1.Fenomena Jenazah Para Kudus yang Tak Rusak


Sepanjang sejarah Gereja, kita jumpai adanya fenomena yang menarik, yaitu jenazah beberapa orang kudus yang tidak rusak. Namun, ada beberapa orang yang menolak adanya fenomena ini dengan alasan, jenazah para kudus itu diberi lilin atau disimpan dalam peti yang kedap udara.

Memang benar beberapa jenazah para kudus itu diberi lilin dan disimpan dalam peti yang kedap udara. Akan tetapi, sebelum hal itu dilakukan, jenazah mereka telah terkubur di dalam tanah bertahun-tahun lamanya; waktu yang lebih dari cukup untuk membusukkan suatu jenazah. Selain itu, jenazah yang diberi lilin hanyalah bagian-bagian tertentu saja dari potongan tubuhnya. Oleh karena itu, seharusnya bagian yang tak diberi lilin pun akan membusuk, tetapi kenyataannya bagian yang tak diberi lilin itu juga tidak rusak.

Jenazah para kudus yang tak rusak ini ditemukan di lingkungan-lingkungan yang berbeda, termasuk dalam lingkungan yang sangat mendukung pembusukan jenazah. Beberapa di antaranya dalam temperatur yang cukup tinggi untuk membusukkan jenazah, kelembaban yang besar, bahkan ada yang tergenang dalam rawa. Padahal, sebelumnya jenazah itu tidak pernah mengalami proses pengawetan sama sekali. Jenazah-jenazah itu tetap bebas dari pembusukan sekalipun lingkungannya memiliki unsur-unsur yang lengkap untuk membusukkan jenazah. Yang lebih mengherankan lagi adalah sebagian besar jenazah itu adalah orang-orang kudus dalam Gereja Katolik. Bagaimana mungkin alam dapat memilih jenazah?

Selain kondisi jenazah yang tak rusak (inkoruptibilitas) ada pula tanda lain, yaitu keharuman surgawi. Ini merupakan sebuah fenomena yang beberapa kali ditemukan saat jenazah atau makam orang-orang kudus tertentu dibongkar. Keharuman ini biasanya tak dapat dibandingkan oleh keharuman apa pun di dunia. Kardinal Lambertini mengatakan ini sebagai sebuah mujizat, karena hampir tidak mungkin jenazah tidak berbau busuk. Dan lebih tidak mungkin lagi, ada jenazah yang harum. Hal ini hanya mungkin terjadi jika ada campur tangan kuasa adikodrati, yaitu kuasa Allah sendiri. Akan tetapi, perlu diingat bahwa iblis pun bisa mengeluarkan bau harum. Oleh karena itu, tanda keharuman ini harus dikaitkan dengan kekudusan orang tersebut ketika masih hidup.

Kardinal Prospero Lambertini, yang di kemudian hari menjadi Paus Benediktus XIV (1675-1758), menulis lima jilid buku berjudul “De Beatificatione Servorum Dei et de Beatorum Canonizatione.” Di dalamnya ia menulis pula tentang fenomena jenazah yang tak rusak ini, dengan judul “De Cadaverum Incorruptione.” Tulisan Kardinal Lambertini ini sampai sekarang tetap menjadi bahan referensi untuk kasus-kasus semacam ini.

Kriteria dari jenazah yang tak rusak adalah setelah dikubur selama bertahun-tahun tanpa mengalami proses pengawetan, tetap dapat mempertahankan rona, kesegaran, dan kelenturan seolah-olah hidup setelah mati bertahun-tahun. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, dapat dikatakan suatu mujizat. Ketidakrusakan jenazah, bisa menjadi salah satu tanda kekudusan seseorang. Secara spiritualitas, tanda demikian merupakan indikasi bahwa jenazah orang tersebut dipersiapkan untuk kebangkitan tubuh dengan mulia.

Akan tetapi, tidak semua para kudus itu jenazahnya utuh sepenuhnya. Ada juga yang hanya bagian-bagian tertentu saja yang utuh, sedangkan bagian lainnya hancur secara alami. Hal ini berlaku misalnya pada St. Yohanes Krisostomos, si lidah emas. Semasa hidupnya ia banyak mewartakan kebenaran iman dan membela ajaran iman Katolik. Berkat kotbah-kotbahnya, banyak orang yang tersentuh dan mengalami pertobatan. Setelah ia wafat, beberapa tahun kemudian kuburnya dibongkar dan didapatkan lidahnya masih utuh sekalipun bagian tubuh lainnya sudah hancur.

Fenomena-fenomena ini memang menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa beberapa jenazah para kudus itu bisa tahan bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade, dan bahkan ada yang tahan beberapa abad? Akan tetapi, kemudian mengapa setelah tahan sedemikian lamanya jenazah itu pun akhirnya hancur secara alami? Bagaimana mungkin ada bagian tubuh yang masih bisa bertahan utuh padahal sudah terpisah dari badannya? St. Bernadette dan St. Therese dari Lisieux sama-sama gadis Perancis yang hidup di abad ke-19. Mereka sama-sama masuk biara pada usia muda dan meninggal pada usia muda. Akan tetapi, mengapa jenazah St. Bernadette utuh, sedangkan jenazah St. Therese ditemukan telah hancur secara alami ketika makamnya dibongkar? Jadi, mengapa tidak semua orang kudus jenazahnya utuh?

Gereja selalu menganjurkan agar kita mencari alasan ilmiahnya terlebih dahulu jika menemukan jenazah yang tidak rusak. Akan tetapi, memang dalam banyak kasus para ilmuwan masih belum dapat memberikan penjelasan ilmiahnya. Walau demikian, Gereja mengatakan bahwa jenazah yang tidak rusak tidak menjamin bahwa orang itu kudus. Memang betul, jenazah yang tidak rusak bisa menjadi tanda kekudusan, tetapi bukan berarti kalau ada jenazah yang tidak rusak, orang tersebut otomatis kudus. Kita perlu melihat bagaimana kehidupan orang itu, segala kebajikan-kebajikan selama hidupnya, singkatnya mengkaitkannya dengan kekudusan orang tersebut secara keseluruhan.


2. Beato Yohanes XXIII

Pada suatu hari, Paus Yohanes Paulus II memerintahkan agar jenazah Paus Yohanes XXIII dipindahkan ke bagian atas dari Basilika St. Petrus agar umat beriman dapat datang mendekati jenazahnya dengan lebih mudah untuk menghormatinya. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Januari 2001 dilakukanlah pembongkaran makam Paus Yohanes XXIII yang dilakukan oleh Kardinal Sodano, Sekretaris Negara Tahta Suci, Kardinal Noe, Imam Agung Basilika St. Petrus, dan Leonardo Sandri. Selain itu, identifikasi jenazah merupakan prosedur yang normal dalam proses kanonisasi. Paus Yohanes XXIII telah dinyatakan sebagai Beato pada tanggal 3 September 2000. Jadi, tujuan lain pembongkaran makam ini adalah karena Paus Yohanes Paulus II ingin semakin menegaskan kekudusan dari paus pendahulunya tersebut. Kardinal Noe mengatakan bahwa pemeriksaan jenazah merupakan salah satu langkah penting dalam proses kanonisasi.

Paus Yohanes XXIII meninggal tanggal 3 Juni 1962. Hal ini berarti ketika pembongkaran makam dilakukan, jenazahnya telah terkubur selama sekitar 39 tahun! Namun, apa yang terjadi? Begitu peti jenazah dibuka, orang-orang terkejut melihat keadaan jenazah sang beato. Dalam kesaksiannya, Kardinal Noe mengatakan bahwa wajah Beato Paus Yohanes XXIII tampak “utuh dan damai.” Laporan resmi menyatakan, “Begitu kain selubung dibuka, wajah Beato tampak utuh, dengan kedua mata tertutup dan mulut sedikit terbuka, dengan roman muka yang segera mengingatkan orang pada penampilan familiar paus yang dihormati itu.” Kedua tangan Bapa Suci yang masih menggenggam sebuah rosario, juga masih utuh. Setelah diperiksa secara resmi, jenazah disemprot dengan bahan anti bakteri dan peti pun disegel kedap udara.

3. Jenazah Para Kudus Lainnya yang Tak Rusak

Sebuah buku yang berjudul “The Incorruptibles” (Tan Books, 1977) melaporkan sedikitnya ada 102 orang kudus dalam Gereja Katolik yang jenazahnya tidak rusak. Oleh karena itu, banyak umat beriman yang melihat fenomena jenazah yang tak rusak ini sebagai salah satu tanda kekudusan.

Santa Sesilia adalah orang kudus pertama yang ditemukan jenazahnya tidak rusak. Ia meninggal sebagai martir pada tahun 177 M di Roma. Pada tahun 1599 jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak membusuk.

Santa Agata meninggal pada tahun 251 M. Akan tetapi, pada abad ke-11, jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak rusak. Bagian dari tubuhnya yang tidak rusak itu masih bisa kita lihat sampai sekarang.

Santa Bernadette Soubirous menerima penampakan dari Bunda Maria di Lourdes, Perancis. Ia meninggal pada tahun 1879, dan makamnya dibongkar 20 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1909. Saat itu ditemukan bahwa jenazahnya masih utuh dan sama sekali tidak ada kebusukan. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1919, kembali untuk keduanya kalinya makamnya dibongkar kembali. Dan untuk kedua kalinya pula ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada tahun 1923 makamnya dibongkar untuk ketiga kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada saat itu tubuhnya dibuka, dan didapatkan organ-organ tubuhnya masih lemas. Ketika 46 tahun kemudian sesudah St. Bernadette wafat, para dokter melaporkan bahwa lever (hati) St. Bernadette masih lembut dan hampir seperti lever orang hidup yang normal. Saat ini, jenazahnya disimpan dalam kapel St. Bernadet di Nevers, Perancis. Semua orang masih dapat melihat jenazahnya yang utuh hingga saat ini.

Jenazah St. Teresa Avila (1515-1582) juga ditemukan tidak membusuk. Padahal, St. Teresa Avila dikubur di dalam lumpur yang basah.

Ketika St. Yohanes Salib meninggal tahun 1591, ia dimakamkan di bawah lantai sebuah gereja. Ketika makamnya dibuka 9 bulan kemudian, jenazahnya masih segar dan lengkap. Bahkan ketika jarinya dipotong untuk dijadikan relikwi, tubuhnya mengeluarkan darah sebagaimana layaknya seorang yang masih hidup. Setelah itu, kembali 9 bulan kemudian makamnya dibuka untuk kedua kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih tetap dalam keadaan segar. Pembongkaran makam St. Yohanes Salib dilakukan lagi tahun 1859 dan 1909, dan jenazah tetap ditemukan dalam keadaan segar. Pembongkaran terakhir dilakukan tahun 1955, ini berarti sekitar 400 tahun sesudah wafatnya. Saat itu ditemukan jenazahnya masih utuh belum mengering dan masih lentur, walau ada sedikit perubahan pada warna kulitnya.

Seorang suster yang kudus dari Italia bernama St. Klara dari Montefalco ketika masih hidup berkata kepada para suster lainnya, “Jika engkau mencari salib Kristus, ambillah hatiku, dan engkau akan mendapatkan Kristus yang sedang menderita di sana.” Beberapa tahun setelah kematiannya, makamnya dibongkar. Saat itu, bukan saja ditemukan tubuhnya yang masih utuh. Bahkan, ketika para suster mengambil hatinya, ditemukan di sana tergores jelas sekali salib Kristus secara tipis, lengkap dengan kelima luka-Nya.

St. Sharbel Makhlouf adalah seorang rahib suci dari Lebanon. Setelah wafatnya, selama 45 malam makamnya memancarkan suatu cahaya yang khas. Menurut tradisi, jenazah biasanya membusuk dalam waktu 45 hari. Oleh karena itu, 45 hari kemudian makamnya dibongkar dan ditemukan jenazahnya masih utuh. Padahal dalam waktu 45 hari itu sempat ada hujan deras sekali sehingga jenazahnya ditemukan terendam di genangan lumpur. Kemudian jenazah St. Sharbel dikenakan pakaian baru dan dimasukkan ke dalam peti kayu, namun tubuhnya mengeluarkan minyak begitu banyaknya sampai-sampai bajunya harus diganti dua kali. Tahun 1927, berarti 29 tahun kemudian setelah kematiannya, makamnya kembali dibongkar dan dijumpai jenazahnya masih utuh dan lemas seperti tubuh orang hidup. Setelah itu ia dikuburkan kembali. Tahun 1950 para peziarah memperhatikan adanya minyak yang khas keluar dari makamnya. Saat itu banyak orang mengalami kesembuhan karena minyak tersebut. Akhirnya, kuburnya dibongkar kembali dan didapati jenazahnya masih utuh. Tubuh St. Sharbel ini tidak rusak selama 67 tahun dan akhirnya hancur seluruhnya pada tahun 1965.


4. Kaitan antara Kecantikan Fisik dan Kecantikan Rohani

Semua orang mengatakan Bunda Maria sangat cantik tiada taranya, dan kita ketahui Bunda Maria adalah manusia terkudus sepanjang masa. Mereka yang pergi ke Nottuno, Italia, dapat memandang kecantikan dari St. Maria Goretti, dan bahkan sekalipun Beato Yohanes XXIII tidak dibilang tampan tetapi banyak orang senang memandang wajahnya. Pada kenyataannya, ada banyak jenazah para kudus yang ditemukan tidak rusak walau sudah meninggal bertahun-tahun lamanya. Adakah hubungannya antara kekudusan dengan kecantikan atau ketampanan?

Fenomena jenazah yang tak rusak ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa iman kita tidak hanya mempengaruhi rohani kita saja tetapi juga jasmani kita. Penjelmaan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus adalah sesuatu yang supernatural tetapi sekaligus sungguh nyata, ada dalam sejarah. Demikian pula kebangkitan-Nya merupakan hal yang adikodrati, tetapi sekaligus sungguh-sungguh riil.

Dengan kata lain, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak menyampaikan kepada kita bahwa ada keterkaitan yang erat antara dunia rohani dan dunia jasmani. Bukankah Allah dikatakan Mahakudus, tetapi sekaligus juga dikatakan Mahaindah? Memang kita tidak dapat merumuskan dengan tepat keterkaitan antara jiwa dan raga kita. Akan tetapi, apa yang kita lakukan terhadap jiwa kita akan mempengaruhi tubuh kita. Sebaliknya, apa yang kita lakukan terhadap tubuh kita akan mempengaruhi jiwa kita.

Pada zaman sekarang ini, diketahui bahwa banyak orang yang sakit kanker memiliki luka batin yang berat dalam hidupnya. Mereka yang berbeban berat, depresi, stress, akan langsung dikenali melalui wajahnya. Sebaliknya, mereka yang suci hatinya akan memancarkan sesuatu yang menyenangkan pada wajahnya, bahkan sekalipun mereka sedang sakit.

Dengan demikian, fenomena ini mengingatkan kita bahwa kita sebetulnya adalah bagian dari Tubuh Mistik Kristus dengan Kristus sendiri sebagai Kepalanya. Kristus yang adalah kepala menjadi sumber rahmat bagi seluruh anggota tubuh-Nya. Ia menyalurkan segala rahmat, karunia, dan keindahan-Nya ke seluruh bagian tubuh-Nya. Mereka yang melepaskan diri dari Kristus sama seperti ranting yang melepaskan diri dari pokoknya sehingga akhirnya akan mati dan kering. (bdk. Yoh 15:4-5) Semakin kita mengambil bagian dalam hidup Kristus, semakin kita mengambil bagian dalam kekudusan dan keindahan-Nya.

“Karena semua kaum beriman membentuk satu Tubuh saja, maka harta milik dari yang satu disampaikan kepada yang lain. Dengan demikian orang harus percaya bahwa di dalam Gereja ada pemilikan bersama. Yang paling utama dari semua anggota Gereja adalah Kristus, karena Ia adalah Kepala. Jadi milik Kristus dibagi-bagikan kepada semua anggota, dan pembagian ini terjadi oleh Sakramen-Sakramen Gereja” (St. Thomas Aquino).


5. Apa yang Ingin Disampaikan Allah?

Allah tentu punya rencana tertentu, mengapa ia membiarkan fenomena yang istimewa ini terjadi sepanjang sejarah Gereja. Selain menyadarkan kita akan adanya keterkaitan antara jasmani dan rohani, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak mengingatkan kita pula akan adanya kebangkitan orang-orang mati pada kedatangan Yesus yang kedua. Saat itu, mereka akan menerima kembali seluruh tubuhnya secara utuh.

“Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:28-29).

Pada akhirnya, fenomena ini hendak menunjukkan bahwa sampai saat ini mujizat masih terjadi. Allah mengkomunikasikan diri-Nya melalui segala mujizat yang dapat kita saksikan. Allah masih bekerja di tengah-tengah kita, karena kasih-Nya setia, abadi selamanya.

6. Jenazah Para Kudus Lainnya yang Tak Rusak dan Masih Dapat Kita Lihat Sampai Saat Ini

§ St. Zita meninggal pada tahun 1272 di sebuah desa dekat kota Lucca, Italia. Pada tahun 1580, jenazahnya ditemukan tidak rusak dan akhirnya dibaringkan di Gereja St. Frigidian agar umat dapat menghormatinya dengan lebih mudah.

§ St. Catherine Laboure (1806-1876), jenazahnya ditemukan utuh pada tahun 1933. Kini kita dapat melihat jenazahnya di Paris.

§ St. Yohanes Maria Vianney dari Ars, meninggal tahun 1859 dan jenazahnya ditemukan dalam keadaan baik tahun 1904. Kita masih dapat melihat jenazahnya di Ars, Perancis.

§ St. Vincentius Palloti meninggal tahun 1850 dan makamnya dibongkar dua kali, yaitu tahun 1906 dan 1950. Jenazahnya yang tidak rusak masih dapat kita lihat sekarang di Onda, Italia.

§ St. Teresa Margareta Redi meninggal tahun 1770 dan ditemukan jenazahnya masih utuh pada tahun 1783. Jenazahnya dapat kita lihat di Firenze, Italia.

§ St. Andreas Bobola, meninggal tahun 1657. Setelah 40 tahun kemudian jenazahnya ditemukan masih utuh. Kita dapat melihatnya sekarang di Warsawa, Polandia.

§ St. Catarina dari Bologna, Italia (1413-1463), jenazahnya diletakkan dalam keadaan sedang duduk di atas sebuah kursi sampai saat ini. Berarti, sudah selama sekitar 500 tahun!

§ St. Rita dari Cascia (1381-1457), jenazahnya dapat dilihat dalam sebuah peti kaca di Cascia, Italia. Kebanyakan orang di sana sudah terbiasa melihat posisi jenazah St. Rita yang kadang berubah, bahkan matanya kadang terbuka kadang terpejam, seolah masih hidup.

§ St. Sperandia, meninggal tahun 1276, dan kita dapat melihat jenazahnya di Cingoli, Italia. Dari dalam tubuhnya keluar suatu keharuman yang manis.

Sebetulnya masih ada beberapa jenazah orang kudus yang masih dapat dilihat sampai saat ini karena masih belum rusak, antara lain St. Maria Goretti (1890-1902), St. Fransiskus Xaverius (1506-1552), St. Anna Maria Taigi, dan lain-lain.






sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2010/03/jenazah-yang-tidak-membusuk-incorupted.html#ixzz1fqPpklcB


Kamis, 24 November 2011

Tiada yang mustahil di hadapan Tuhan




Buah hati pada umumnya adalah karunia yang dinantikan dalam sebuah pernikahan sebagai bentuk keterbukaan kita akan adanya prokreasi, demikian pula halnya dengan kami.

Nama saya Bernadeta Tri Wulan Windri Hastuti dan suami saya Bernardus Aan Yunanto Prasetyo. Kami menikah pada tanggal 8 Juli 2006 di Gereja St. Theresia Jombor, Klaten. Sebelum menikah saya adalah seorang Protestan, sehingga belum terbiasa melibatkan peran Bunda Maria ataupun berdoa Rosario dalam kehidupan saya.

Tujuh bulan setelah pernikahan, kami sempat menjalani hubungan jarak jauh. Saya bekerja di salah satu perusahaan swasta di Solo dan suami bekerja di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kerinduan untuk segera memiliki keluarga yang utuh, akhirnya mendorong saya melepaskan pekerjaan dan tinggal bersama suami di Kendari.

Empat bulan bersama atau satu tahun setelah pernikahan kami pada bulan Juli 2007 belum ada tanda-tanda kehadiran buah hati di tengah-tengah kami. Hal ini mendasari kami untuk berkonsultasi dengan dokter, terlebih saya pernah didiagnosa memiliki kista di indung telur sebelah kiri pada tahun 2005.

Atas rekomendasi beberapa teman, kami mendatangi salah satu dokter spesialis kandungan yang ternama di kota tersebut, dimana kami harus ekstra sabar menunggu antrian yang sangat panjang. Berdasarkan rekomendasi dokter atas keinginan kami untuk segera memiliki momongan, maka suami juga harus melakukan pemeriksaan terhadap kualitas spermanya. Kami melakukan pemeriksaan di laboratorium Prodia, Kendari.

Dua hari sebelum hasil pemeriksaan lab keluar, saya mendapatkan Firman Tuhan yang sepertinya ditujukan kepada saya pada misa Minggu pagi. Firman tersebut diambil dariKejadian 18 : 10 yang berbunyi demikian, ‘Dan FirmanNya : “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.’ Saya tidak tahu mengapa tetapi bagi saya Firman tersebut seperti sebuah janji Tuhan kepada saya, bahwa saya akan mempunyai keturunan, dan Firman itu selalu saya simpan dalam benak saya dengan penuh harapan.

Setelah mengambil hasil lab, kami kembali ke dokter untuk menyerahkan hasil pemeriksaan. Karena ditujukan ke dokter maka saya tidak berani membaca hasil secara keseluruhan (ternyata ada dua lembar). Saya hanya sekilas membaca kata “excellent”, sehingga ketika suami dengan raut wajah cemasnya bertanya tentang hasil tes tersebut, dengan ringan hati saya menjawab, “Bagus, tenang saja.”

Akhirnya giliran kamipun tiba. Tanpa rasa ragu saya serahkan hasil pemeriksaan suami. Tidak sampai satu menit berlalu tanpa basa-basi dokter tersebut mengatakan, “Kalau begini ya suamimu tidak bisa membuatmu hamil sebab ia tidak memiliki sperma.” Mendengar hal tersebut rasanya saya seperti tersengat ribuan lebah, panas hingga ingin membuat mata saya berair, tidak terbayang bagaimana hancurnya perasaan suami saya saat itu. Terlebih lagi kami harus menanggung tatapan -yang kami tidak tahu pasti artinya- dari dua pasien dan suster yang bersama-sama dengan kami di ruangan tersebut. Yang pasti rasanya kami ingin segera menghilang dari hadapan mereka.

Dokter kemudian membuatkan kami surat rujukan ke dokter spesialis bedah yang juga praktek di tempat yang sama, dan syukur pada Allah kami dapat diusahakan bertemu dengan dokter tersebut malam itu juga, setelah beliau selesai melakukan operasi di sebuah rumah sakit swasta yang dipimpinnya.

Dari pemeriksaan awal, dokter mendiagnosa suami saya menderita varicocele (pembesaran secara abnormal pada pembuluh darah vena di testis), yang menyebabkan suami saya mengalami Azoosperma (keadaan dimana sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak ditemukan sel sperma). Dokter mengatakan masih ada kemungkinan positif apabila dilakukan pembedahan. Bertemu dengan dokter yang seiman, berkonsultasi dan mendapatkan penguatan, memberikan kami harapan. Setidaknya malam itu perasaan kami sedikit mendapat penghiburan setelah rasa shock yang baru saja kami alami. Meskipun solusi yang diberikan juga bukan hal yang mudah untuk kami jalani, setidaknya masih ada secercah pengharapan.

Sepanjang perjalanan pulang kami bergelut dan berusaha menahan perasaan kami masing-masing. Perasaan saya sangat hampa malam itu. Empat bulan di tempat baru, saya belum banyak memiliki relasi dan tidak ada aktivitas pekerjaan, jujur hal tersebut membuat saya stress. Hanya harapan untuk segera menimang buah hati yang menguatkan saya. Tetapi keinginan itu pun rasanya melayang menjauh dari kehidupan kami. Sesampainya di rumah, kami berdua menumpahkan perasaan yang berusaha kami tahan dan malam itu kami menangis untuk mengurangi beban yang terasa berat buat kami.

Atas seijin suami, saya mensharingkan masalah tersebut dengan kakak tertua saya. Pesan yang saya ingat dari kakak saya adalah, ”Kamu harus tegar dan bisa terus menguatkan suamimu”, dan kakak saya berjanji untuk mencarikan dokter terbaik untuk konsultasi saat kami pulang ke Solo.

Hari demi hari kami coba jalani sewajar mungkin, terlebih kami tahu masih ada harapan secara medis bagi kami. Di balik itu semua Tuhan memberikan berkat yang lain bagi kami. Bulan Agustus saya bersama seorang sahabat baru saya bernama Selfi membuka Biro Psikologi. Selain itu saya mendapat kesempatan untuk membawakan rubrik konsultasi di sebuah radio swasta terbesar di kota Kendari dan kesempatan mengajar di sebuah akademi kebidanan. Berkat beruntun tersebut sangat saya syukuri, terlebih dua bulan kemudian saya juga diterima di sebuah perusahaan swasta untuk posisi HRD. Kesibukan yang Tuhan anugerahkan tersebut membuat saya tidak terlarut dalam masalah yang kami hadapi.

Pada waktu itu saya juga sempat diperkenalkan Selfi dengan Frater Banin Cornelis. Entah mengapa pada pertemuan pertama tersebut ada dorongan yang membuat saya ingin membagikan beban yang saya alami. Saya mendapat penguatan, saat Frater bersharing pernah membantu dalam doanya, untuk pasangan yang juga belum memiliki keturunan, dan karena kemurahan Tuhan merekapun dikaruniai buah hati. Saya tahu sejak saat itu Frater Cornel (panggilan akrab kami kepadanya) akan selalu membawa kami dalam doanya.

Bulan November 2007 kami berencana pulang ke Solo. Kakak saya berpesan agar kami mencari surat rujukan atau surat keterangan dari dokter yang memeriksa kondisi awal suami saya. Sebenarnya hal ini bukan hal yang mudah untuk kami lakukan, karena dokter yang memeriksa suami saya sudah menawarkan untuk menangani kondisi suami saya. Kami khawatir bila kami terkesan tidak percaya terhadap kemampuan beliau.

Akhirnya saya menghubungi ponsel dokter tersebut dan mengutarakan niat kami. Di luar dugaan kami ternyata beliau bersedia ditemui keesokan paginya sebelum beliau melakukan operasi. Seperti pasien yang lain kami mendaftar dan menunggu giliran karena kebetulan dokter juga belum datang. Akhirnya kami bisa bertemu dengan dokter yang dimaksud. Di sela kesibukan, beliau masih bersedia menemui kami dan memberikan surat rujukan yang kami butuhkan. Sembari mengantar kami keluar ruangannya, beliau berpesan pada suster yang mendampingi kami agar kami tidak dipungut biaya apapun. Bukan nilai rupiah yang kami lihat namun kemurahan Tuhan yang membesarkan hati kami.

Bulan November 2007 kami pulang ke Solo. Pada waktu itu menjelang libur Lebaran. Kami langsung ke Rumah Sakit Dr. Oen, Solo, dan bertemu dengan dokter andrologi. Suami saya menjalani serangkaian pemeriksaan dari awal, analisis sperma di Lab Prodia Solo, serta menjalani rontgen di RS. Dr. Oen. Dari hasil analisis sperma, tetap dinyatakan suami mengalami Azoosperma dan dari hasil rontgen terlihat adanya varicocele dan spermatocele dextra. Setelah berkonsultasi kembali dengan dokter yang bersangkutan, dokter malah menyarankan kami adopsi saja kalau ingin mempunyai anak. Jawaban yang sungguh menyesakkan meskipun dikatakan dengan lebih halus.

Beberapa bulan yang lalu kami masih berharap ada peluang untuk menimang bayi, tapi kali ini rasanya semua harapan itu pupus sudah. Saya selalu sedih kalau mengingat wajah ayah saya, saya cemas kalau beliau sedih memikirkan kondisi kami. Tidak terasa air mata saya menetes saat kakak kedua saya menanyakan kondisi kami dan saya menjawab “Aku tidak akan punya anak.” Dan saya tahu dia berusaha menguatkan saya dengan kata-kata penghiburannya.



Rasanya kami ingin segera pulang ke Kendari saat itu, rasanya malas sekali datang ke pertemuan keluarga dan bertemu dengan kerabat yang sudah pasti akan menanyakan pertanyaan klise tentang anak. Setelah selesai masa liburan, kami kembali ke Kendari menyibukkan diri dengan segala rutinitas.

Belajar menerima kondisi keluarga minus anak dan mencoba melihat dari kacamata positif adalah pergumulan cukup berat yang kami lalui dengan jatuh bangun. Bilamana salah satu dari kami jatuh, maka yang lain akan menguatkan. Tidak jarang kami menangis bersama, namun kami akhiri dengan obrolan yang saling menguatkan tentang rancangan Tuhan dalam hidup kami. Rasanya seperti pemazmur yang bergumul dalam kesusahan, jiwa kami berseru kepada Tuhan, “Kasihanilah aku Tuhan, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, Tuhan, sebab tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau Tuhan, berapa lama lagi? (Mazmur 6 : 3-4). Namun sekalipun sedih, kami memilih untuk tetap percaya kepada belas kasih dan penyelenggaraan-Nya, kami tetap menaruh harapan di dalam doa-doa kami, karena kami tahu Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Ia adalah setia dan pemurah. Karena Allah telah berfirman, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibrani 13 : 5b).

Tidak ada yang mengetahui kondisi kami, selain keluarga tentunya. Syukur kepada Tuhan, kami memiliki rasa kasih yang besar di antara kami, yang membuat kami tetap kompak dan mesra. Mungkin itu juga disebabkan oleh perasaan saling memiliki yang cukup kuat di antara kami, dan kebesaran kasih Allah Bapa yang selalu memelihara kami.

Bulan Mei 2009 dengan kehendak Tuhan, suami saya mendapat tawaran untuk pindah lokasi kerja di Kediri, Jawa Timur. Kami pun pulang ke Jawa. Untuk sementara sambil menunggu suami menemukan tempat tinggal, saya tinggal di Klaten dan menikmati liburan di Klaten, Jawa Tengah, bersama orang tua atau terkadang tinggal dengan mertua. Pada pertengahan bulan Juni 2009 saya menyusul suami. Sebelum rumah yang disediakan kantor siap, selama 1,5 bulan kami tinggal di kos keluarga.

Suatu hari, seingat saya hari itu hari Sabtu, suami saya pulang lebih awal. Sehabis makan siang, seperti biasa kami bercanda dan ngobrol di tempat tidur. Saya terkejut karena tiba-tiba suami saya menangis. Sempat saya kira dia sedang bercanda, tapi ternyata dia sungguh-sungguh menangis. Rasanya saya tidak pernah melihat dia sesedih itu. Ketika agak reda saya bertanya apa yang membuat dia begitu sedih. Suami saya kemudian bercerita bahwa dua sahabatnya mengirimkan MMS foto anak-anak mereka dalam waktu yang hampir bersamaan dan MMS tersebut dikirim oleh dua temannya itu dengan tidak sengaja. Hal itu sangat membuat dia terluka mengingat bahwa kami tidak dapat memiliki momongan.

Ibu Subandi, induk semang kami sangat baik dan perhatian. Pernah dia sampaikan bahwa, ”Jangan dulu mengadopsi anak, karena nanti mbak Wulan juga akan diberikan anak sendiri,“ demikian kata beliau saat saya sampaikan rencana kami. Pernah ada kejadian ketika saya sedang persiapkan kado untuk kelahiran anak dari teman kami di Kendari, cucu ibu kos berkata, “Kenapa pilih-pilih kado, Tante Wulan mau punya ade ya?” Saya menjawab, ”Iya, makanya didoakan ya.” Wah, keponakan ibu kos yang bernama Taura tersebut senang sekali. Dia mengikuti saya ke kamar dan berdoa keras-keras di atas tempat tidur saya,” Ya Allah, lindungilah Tante Wulan dan ade bayi di perutnya, semoga sehat.” Saya hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya. Sewaktu hal tersebut saya ceritakan kepada suami saya, dia mengatakan, ”Kau ini tega sekali membohongi anak kecil.”

Tanggal 8 Juli 2009 adalah ulang tahun pernikahan kami yang ke-tiga. Kami lalui dengan biasa-biasa saja. Hanya pada tanggal 12 Juli saya meminta untuk berziarah ke Gua Maria Poh Sarang. Kami berangkat jam tujuh pagi pada hari Minggu itu dalam cuaca yang cerah. Kami sampai di Gua Maria Poh Sarang jam 7.30 dan kami lihat beberapa umat telah berada di sana. Tanpa menunggu lama, kami telah berdiri di depan gua. Secara mengejutkan pada saat kami tengah berdoa, tiba-tiba terjadi gerimis. Seingat saya ada juga beberapa orang yang bersama-sama dengan kami yang kemudian mencari tempat berteduh. Namun saat itu kami memilih untuk tetap tinggal dan menganggap hujan tersebut adalah berkat dari Tuhan. Tepat selesai berdoa, gerimispun reda dan peristiwa ini benar adanya. Kamipun melanjutkan untuk berdoa Rosario di salah satu bangunan Rosario pada peristiwa gembira. Jika Anda pergi ke Gua Maria Poh Sarang, di sana ada 3 bangunan Rosario yang terdiri dari bangunan untuk peristiwa gembira, bangunan untuk peristiwa sedih, dan bangunan untuk peristiwa mulia. Di tiap bangunan terdapat gambar-gambar indah dari lima peristiwa perenungan doa Rosario.

Pada waktu yang bersamaan di hari itu ternyata ada acara Doa Novena kepada Bunda Maria dari Lourdes dan Misa Kudus. Dengan hati yang ragu-ragu akhirnya kami bergabung. Di tengah misa tersebut ada bagian dimana kita dapat menuliskan kerinduan akan permohonan maupun beban-beban kita di secarik kertas untuk didoakan. Pada saat itu kami tidak membawa kertas, namun beruntung sepasang suami isteri di samping saya memberikan kertas kepada kami. Kami menuliskan permohonan kami yaitu memohon untuk diberikan kekuatan dan iman untuk menerima semua kondisi bilamana kami tidak dianugerahi momongan, dan kerinduan untuk memperoleh kesembuhan agar kami diberikan kesempatan untuk memiliki momongan.

Seusai kami menuliskan permohonan, ternyata sudah ada orang yang berdiri di depan saya, menawarkan untuk mengantarkan kertas doa saya ke altar. Hal ini kami rasakan sebagai bentuk pertolongan dari Tuhan karena ini merupakan pengalaman pertama kami dan Tuhan memberikan banyak kemudahan lewat orang-orang di sekitar kami…..Allelluia, terpujilah Tuhan.

Dua minggu sesudahnya, atau tanggal 30 Juli 2009, saya seperti mendapat dorongan untuk melakukan doa puasa selama 7 hari setelah tanpa sengaja saya menemukan buku saku doa Rosario Pembebasan Yesus Kristus yang dibeli suami saya sewaktu di Kendari.

Secara manusiawi saya terkadang masih mencoba bersandar pada kemungkinan secara medis dan kekuatan manusia (misalkan lewat program bayi tabung). Saya mengikuti milis bayi tabung sehingga saya sering mendapatkan berita perkembangan terbaru dalam dunia kedokteran mengenai bayi tabung. Saya masih ingat waktu itu saya mengecek email terakhir tentang bayi tabung pada tanggal 5 Agustus 2009. Namun demikian saya menyadari kemungkinan itu menjadi harapan yang langka dengan penghasilan sebagai karyawan seperti kami.

Suatu hari di awal bulan Agustus ibu kos saya berkata, “Mbak Wulan apa hamil ya, kok kayaknya berbeda.” Namun saya bilang tidak, karena tgl 14 Juli saya baru saja menstruasi. Beberapa hari berikutnya, pembantu ibu kos saya mengatakan, ”Mbak Wulan kemarin sayarasani (dijadikan bahan perbincangan) dengan ibu, kok kayaknya aras-arasen (kurang sehat), apa sudah isi?” Saya hanya tertawa sambil bilang, “Amin…”

Pada tanggal 4 Agustus 2009, sahabat saya Monica di Jakarta memberitahu bahwa saat itu dia tengah hamil satu bulan dan dia menyampaikan akan membantu dalam doa agar kami bisa hamil bersama-sama.

Akhirnya rumah dinas kami siap dan pada tanggal 8 Agustus kami pun pindah di rumah yang disediakan kantor. Sebelumnya saya meminta seekor anak anjing yang bisa saya jadikan teman di rumah selama suami bekerja. Anak anjing itu saya bawa kemanapun saya pergi dengan naik motor dan saya masukkan ke dalam tas. Dalam hati saya sempat tertawa sendiri, karena dimana-mana orang mengajak anaknya, sedangkan saya mengajak anjing saya.

Pada tanggal 13 Agustus 2009 saya mendapat undangan interview tahap terakhir dari perusahaan yang saya lamar. Interview tersebut diadakan dengan pemilik dan konsultan perusahaan yang saya lamar. Dalam sesi wawancara, konsultan tersebut bertanya pada saya, “Apa hal yang mustahil Anda peroleh dalam hidup Anda?” dan saya menjawab, “Memiliki momongan, namun saya percaya jika Tuhan berkehendak, maka tidak ada yang mustahil dihadapan-Nya.” Akhirnya saya diterima bekerja dan sesuai kesepakatan, saya akan mulai masuk bekerja pada tanggal 1 September 2009. Sebelumnya saya akan menandatangani kontrak bekerja pada tanggal 19 Agustus 2009.

Saya terbangun jam tiga dini hari pada tanggal 14 Agustus 2009, dan saat itu sempat terlintas dalam angan saya, yaitu seandainya saya hamil, maka saya akan memberikan kesaksian dengan memasang iklan syukur di tujuh media cetak. Perasaan tersebut muncul secara tiba-tiba, mungkin karena menstruasi saya bulan itu tidak terlalu lancar dan tidak biasanya mundur sampai dua hari dan hanya flek-flek saja, atau mungkin dipengaruhi banyaknya pekerjaan rumah.

Sesuai rencana, tanggal 15 Agustus 2009 kami pulang ke Klaten dengan naik kendaraan roda doa. Selain untuk menghabiskan libur tanggal 17 Agustus, kepulangan itu sekalian untuk mengabarkan bahwa saya telah diterima bekerja. Suami juga sekalian ingin menghapalkan jalan jalur Kediri – Klaten. Sebelum berangkat saya sempat bertanya kepada pemilik pet shop di mana saya menitipkan anjing saya, “Apakah aman kalau orang hamil merawat anjing?” Pemilik toko tersebut menyampaikan hal tersebut aman-aman saja karena resiko virus tokso lebih banyak terdapat pada kucing. Sore itu kami langsung berangkat dengan rute memutar karena sekalian hendak melihat lokasi tempat saya bekerja nantinya. Kami berangkat pukul empat sore dan sampai Klaten pukul sebelas malam.

Capek, pastilah, plus kena marah orangtua dan kakak yang mengetahui kami pulang dengan naik kendaraan roda dua. Paginya kami berziarah ke makam ibu saya. Saya merasa badan saya tidak enak, selain karena kecapean juga sebenarnya saya sudah jadwalnya datang bulan tanggal 12 Agustus kemarin, tetapi sampai dengan tanggal 16 saya hanya mengalami flek-flek saja. Sore harinya kami tidur di tempat mertua saya. Dalam perjalanan ke rumah mertua, saya dan suami mampir ke apotik untuk membeli tes pendeteksi kehamilan. Sesuatu yang sebelumnya suami saya tidak pernah mengijinkan untuk saya lakukan (karena mungkin dia takut kecewa). Jauh di lubuk hati, rupanya kami menyadari bahwa harapan yang telah kami sampaikan kepada Allah Bapa dengan perantaraan Tuhan Yesus dan Bunda Maria dalam penyerahan diri yang penuh, telah menguatkan hati kami untuk tidak lagi merasakan takut untuk kecewa.

Malamnya, saya mencoba tes urin saya sendirian dan …..hasilnya di luar dugaan, saya HAMIL……..dengan perasaan tidak percaya dan kaget saya memberitahu suami yang juga merasakan hal yang sama. Dalam kebingungan dan kebahagiaan, kami kembali membeli tes pendeteksi kehamilan. Kemudian kami memberitahu ibu mertua saya sambil mensharingkan doa kami. Belum habis rasa kebahagiaan kami, tiba- tiba saya rasakan ada darah yg keluar dan seketika kebahagiaan kami berubah menjadi kecemasan. Kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat dengan harapan yang telah hilang. Saya ingat saat pergi tidur, suami saya mencium kening saya dan bergumam, “Kita akan berusaha lagi.”

Paginya tanpa sepengetahuan suami, saya mencoba mengetes kembali urin saya dengan testpack yang kami beli semalam. Dan hasilnya tetap positif. Puji Tuhan, terimakasih Tuhan…..lalu dengan hati- hati saya memberitahu suami saya. Kamipun kemudian bertanya kepada teman kami yang juga seorang dokter, yang mengetahui kondisi kami sejak awal. Dia sampaikan bahwa kehamilan palsu atau kehamilan anggur juga menunjukkan tanda-tanda seperti orang yang benar-benar hamil dan juga terdeteksi dengan test pack seperti orang hamil pula. Kamipun sedikit cemas dengan informasi yang kami terima, maka pagi itu kami putuskan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Dengan harap-harap cemas, kami menanti diagnosa dari dokter, dan kami merasa sungguh sangat lega dan bahagia tidak terkira karena dari hasil USG, saya benar-benar dinyatakan hamil dan janin saya dalam keadaan sehat. Hanya saja, saya harus banyak beristirahat dan diberikan obat penguat….Puji Tuhan Raja Semesta Alam. Sungguh, harapan kami di dalam Tuhan tidak sia-sia. Tuhan sungguh berbelaskasih dan memperhatikan kerinduan hati kami melalui doa-doa yang kami panjatkan dengan segenap kerendahan hati dan penyerahan.

Akhirnya diputuskan saya tetap tinggal di Klaten hingga kondisi saya membaik, sedangkan suami kembali ke Kediri. Dua hari kemudian saya bertemu Monica yang pada waktu itu juga sedang liburan di Solo. Mungkin karena kelelahan, sore itu saya mengeluarkan darah segar. Karena khawatir akhirnya saya kembali dibawa ke rumah sakit dan menjalani opname selama lima hari. Baru satu hari di rumah, saya mengeluarkan flek-flek lagi. Akhirnya saya putuskan berganti dokter di Solo. Setelah menerima masukan dari dokter baru, saya lebih bisa bersikap positif terhadap kehamilan saya dan hal tersebut adalah yang seharusnya saya lakukan sejak awal kehamilan.

Tiga hari kemudian saya memilih untuk kembali ke Kediri. Saya berpikir bahwa dekat dengan suami akan lebih menguatkan kondisi saya. Saya menjalani bed rest selama hampir dua bulan. Ketika kehamilan memasuki usia empat bulan, kista saya semakin membesar hingga berukuran 7,5 cm. Saat itu dokter tempat kami memeriksakan diri mengatakan, untuk menghindari pendarahan, kista perlu dikeluarkan ketika bayi menginjak usia lima atau enam bulan, dengan resiko abortus. Saya berpikir bagaimana mungkin saya akan melakukan itu, sehingga akhirnya kami mencari dokter kandungan yang lain.

Saat usia kandungan memasuki usia tujuh bulan, saya dinyatakan mengalami plasenta previapenuh, tetapi masih dalam tahap evaluasi.

Kehamilan menginjak usia delapan bulan ketika tiba-tiba saya terbangun dari istirahat siang dan merasa ingin buang air kecil. Saat saya kembali dan duduk, saya merasa ada air yang terus keluar. Saat saya berdiri saya rasakan air keluar semakin banyak tanpa bisa saya tahan. Akhirnya saya kembali ke ranjang dan menelpon suami (saat itu saya di rumah sendirian). Suami saya segera membawa saya ke rumah sakit bersalin. Dokter menyuruh saya untuk opname. Sayapun opname sehari semalam untuk beristirahat dan untuk dievaluasi.

Akhirnya setelah melewati masa kehamilan dengan perlindungan Tuhan dan atas kehendakNya, pada tanggal 20 April 2010, putri kami lahir dengan selamat melalui operasi caesar. Puteri kami diberi nama oleh ayahnya dengan nama “Valeria Adonia Eklesiana Prasetyo”. Saya bertanya pada suami saya apakah makna nama yang ia buat. Suami saya menjawab, makna nama itu adalah “Gereja Kristus yang cantik dan kuat”………PUJI TUHAN. Bersama nabi Yesaya seakan hati kami berseru, “Ya Tuhan, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi nama-Mu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancangan-Mu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu” (Yesaya 25 : 1)

Saat saya menyelesaikan kesaksian ini, puteri kami yang kami panggil dengan nama Kesia sudah berusia 9 bulan dan puji Tuhan, ia dibaptis pada tanggal 10 Oktober 2010 dengan nama baptis “Valeria” yang berarti ‘kuat.’ Dia tumbuh sebagai anak yang lincah, murah senyum, dan cerdas. Sungguh, ia adalah anugerah terindah dalam hidup kami…..Terpujilah Kristus.

Melihat kembali ke belakang, sungguh hanya rasa syukur yang meluap dan perasaan kagum mendalam yang kami rasakan terhadap kemurahan-Nya. Hal itu membuat kami sadar bahwa kebesaran Tuhan tidak dapat dibatasi oleh kemampuan manusia, dan itu nyata sebagai suatu kesaksian, dengan hadirnya puteri kami, Valeria Adonia Eklesiana Prasetyo. Hingga salah satu sahabat kami yang berprofesi sebagai dokter menyebut anak kami “miracle baby” dan Frater Cornel yang mengetahui pergumulan kami sejak awal menyebutnya, “anugerah dan buah dari derita, kesabaran, dan kepasrahan kepada Allah.”

Terlantun Mazmur yang indah yang dibisikkan oleh suami saya dengan nyanyian ketika kelahiran puteri kami, ”Ya Tuhan….semoga putera-putera kami tumbuh kuat seperti tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya dan putri-putri kami menjadi seperti batu pualam yang menjadi tiang-tiang penjuru yang dipahat untuk bangunan istana.” (Mazmur 144 : 12).

Dan inilah ucapan syukur kami yang tercetak di tujuh media cetak :

“Syukur kepada Allah atas kehadiran buah hati kami melalui Doa Rosario Pembebasan Yesus Kristus dan Doa Novena Bunda Maria dari Lourdes. Kami yang terberkati – Aan & Wulan.”

Juga inilah doa yang mengantar kepada Yesus Kristus atas permohonan kami untuk mendapatkan keturunan bersama dengan bantuan doa Bunda Maria :

“Jika Yesus membebaskan kami, kami akan sungguh-sungguh bebas. Yesus kasihanilah kami, Yesus sembuhkanlah kami, Yesus selamatkanlah kami, Yesus bebaskanlah kami……”

“Salam ya Ratu, Bunda yang berbelas kasih, hidup, hiburan, dan harapan kami. Turunan hawa merana berkeluh kesah, yang kini memohon seraya meratap di dalam lembah derita.Berkenanlah, pembicara kami, dengan wajah yang menampakkan kasihan menolong kami, dan Yesus yang terpuji, buah kandunganmu, sudi pada saat ajal tunjukkan.

O…Kenya, pemurah, yang manis dan penuh kasih.”

Akhirnya kami tutup kesaksian ini dengan Firman Kristus pada Markus 9:23b “Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya.”

Terpujilah Kristus.

Salam saya,
Bernadeta Tri Wulan Windri Hastuti


Sumber : Katolisitas.org