Kamis, 28 Juni 2012


“Hosti Berdarah” di Gereja Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta


foto ilustrasi tentang peristiwa “hosti berdarah” yang pernah terjadi di sebuah paroki di Keuskupan St. Paul-Minnesota, AS.






SEBUAH berita mengejutkan namun meneguhkan iman muncul di beberapa milis katolik mengenai terjadinya “mukjizat” berupa hosti berdarah. Kejadiannya di Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius di Jl. Panembahan Senopati 22, Yogyakarta yang dikenal oleh umat katolik setempat dengan nama Gereja Kidul Loji.

Peristiwa ‘aneh’ ini terjadi saat berlangsung misa/ekaristi mingguan pada hari Minggu, tanggal 15 April 2012. Saat itu, yang memimpin perayaan ekaristi adalah Romo V. Suparman Pr, salah satu pastur di Gereja Kidul Loji. “Sampai Liturgi Ekaristi dan Komuni, semuanya berjalan lancar-lancar saja,” kata Romo Noegroho Agoeng Pr, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang.
 

Hosti terjatuh dan hilang
Menurut Romo Agoeng mengutip cerita dan syering dari Romo Saryanto Pr –Romo Vicaris Episcopalis Wilayah DIY—kejadian ‘aneh’ yang meneguhkan iman terjadi saat berlangsung penerimaan komuni. Seorang prodiakon tengah menerimakan komuni pada salah seorang umat kategori muda/remaja. “Saat mau disantap, tiba-tiba hosti tersebut jatuh,” jelas Romo Noegroho Agoeng.

Dicari-cari juga tidak ketemu. “Anak itu kemudian diberi hosti lagi dan kemudian ‘sukses’ ditelan. Komuni berlanjut seperti biasa,” tambah Romo Agoeng.

Mencari hosti
Usai misa berakhir, prodiakon tersebut dengan perasaan gentar matur (datang melaporkan) peristiwa hilangnya hosti tersebut saat berlangsung komuni. Kemudian, prodiakon itu berinisiatif mencari hosti yang hilang dan eureuka!

Hosti yang jatuh ‘hilang” itu akhirnya ditemukan di tempat tak jauh dari lokasi pembagian komuni tadi. Hanya di situ ditemukan sebuah ‘gumpalan darah’ sebesar hosti.

“Gumpalan darah itu kemudian dilap dengan purificatorium (kain putih yang biasa dipakai romo untuk membersihkan piala) dan kemudian purificatorium itu dibersihkan dengan air suci,” tulis Romo Agoeng.

Prodiakon itu lalu berinisiatif mengajak anak remaja dan ibunya serta beberapa umat lainnya untuk berdoa, mohon ampun atas ‘kelalaian’ tersebut.

Purificatorium itu kemudian dimasukan ke dalam piscis (kotak kecil untuk menyimpan hosti) dan piscis itu diletakkan di kapel pasturan.

Pukul 24.00 bersama Romo Vikep Saryanto Pr, Romo V. Suparman Pr melihat kembali piscis berisi ‘hosti berdarah’ tersebut. “Yang bekas darah dibersihkan dan masih terasa basah; sementara bercak darahnya sudah mulai pudar. Namun di bagian yang sudah kering ada bekas darah warna merah kecoklatan. Baunya wangi,” tulis Romo Noegroho Agoeng.

Purificatorium itu kembali disimpan kembali di kapel pasturan.




Peristiwa “Hosti Berdarah” dalam Percakapan Dua Pastur

ATAS budi baik Romo Aloysius Budi Purnomo Pr –Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang—Redaksi Sesawi.Net bisa mendapatkan semacam transkrip percakapan antara dua orang romo bersahabat. Mereka itu adalah Romo Aloysius Budi Purnomo Pr sendiri sebagai penanya sekaligus penanggap dan Romo V. Suparman sebagai tertanggap dan “pelaku” sekaligus “saksi” atas peristiwa “Hosti Berdarah”.

Kedua romo diosesan ini syering iman untuk menyikapi peristiwa “Hosti Berdarah” yang telah terjadi di Gereja Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta, Minggu 15 April 2012 lalu.

Aslinya, kata Romo Budi Purnomo, percakapan antara dua sahabat romo ini terjadi hari Senin malam tanggal 16 April. Mereka berdua berdialog dengan ‘bahasa ibu” yakni menggunakan bahasa Jawa. Redaksi Sesawi.Net menyuguhkan kepada sidang para pembaca dalam bahasa Indonesia agar bisa dimengerti oleh khayalak yang lebih luas.

Romo A. Budi Purnomo Pr (Budi): Romo Parman, saya turut terharu dan bersyukur membaca peristiwa yang terjadi di Kidul Loji. Romo benar-benar ‘terpilih’ oleh Tuhan telah boleh mengalami sebuah peristiwa iman yang teramat luhur dan ilahi ini. Marilah kita memohon berkat Tuhan dan makin bergiat mendaraskan sembahyang untuk mendoakan kita semua yang masih berdosa dan penuh kelemahan ini. Kami haturkan doa-doa kami ini melalui Romo di hadapan Tuhan Yesus Kristus yang kini bertahta di Kapel Pasturan. Salam.

Romo V. Suparman Pr (Parman): Romo Budi, saya mohon doa restunya dan dukungannya melalui doa-doa. Berkah Dalem (Berkat Tuhan).

Budi: Mari kita semua saling mendoakan satu sama lain. Terima kasih Romo atas syeringnya. Saya merasa bulu kuduk saya merinding saat mencecap kalimat-kalimat penjelasan peristiwa itu secara kronologis. Bagus sekali transkrip literalnya atas syering Romo Saryanto yang kemudian dibahasakan oleh Romo Noegroho Agoeng Pr.

Parman: Terima kasih Romo. Semoga melalui peristiwa ini Tuhan sendiri berkenan menyampaikan “Sabda-Nya” kepada kita semua. Berkah Dalem.

Budi: Setuju, Romo. Menurut saya, peristiwa itu menjadi pertanda jelas bahwa Romo sebaiknya segera merintis kegiatan adorasi ekaristi abadi di Gereja Kidul Loji. Usul saya, sebaiknya gagasan bagus ini segera saja direalisasikan secepatnya ya Romo.

Parman: He…he…he…Sebenarnya, kami sudah melakukan adorasi ekaristi abadi setiap Jumat pertama dan setiap Sabtu malam. Hanya saja, memang kegiatan itu belum bisa disebut ‘abadi’.

Budi: Justru karena itu, ide tersebut mesti segera dimulai dan diwujudnyatakan. Melalui peristiwa iman itu, justru Gereja Kidul Loji bisa membangun peradaban iman yakni melakukan adorasi ekaristi abadi. Prinsipnya sederhana saja. Setidaknya harus punya 168 orang adorator tetap yang siap memulai kegiatan beriman ini. Kalau Romo berkenan, saya dengan senang hati akan syering mengenai kegiatan itu.

Dialog antar dua sahabat imam itu kemudian berlanjut lagi pada hari Selasa (17/4) pagi.

Budi: Selamat pagi, Romo. Bagaimana kabar baiknya hari ini? Apakah sudah kembali “sowan” datang menghadap “Hosti Berdarah” yang tersimpan dalam piscis di Kapel Pasturan? Bagaimana cerita kelanjutannya? Terima kasih dan Berkah Dalem.

Parman: Berkah Dalem, Romo. Romo Vikep, Romo Noto dan saya sendiri sudah ‘sowan’ datang menghadap menghaturkan sembah di hadapan “Hosti Berdarah” itu. Terima kasih.

Budi: Apakah ada fenomen perubahan? Misalnya masih menyebarkan bau harum mewangi?

Parman: Romo, bercak-bercah darah yang kemarin berwarna merah kecoklatan sekarang sudah berubah menjadi terang. Terima kasih.

Budi: Masih menyebarkan bau harum mewangi apa tidak?

Parman: Masih, Romo.

Budi: Itu benar-benar berita iman yang bagus sekali. Kalau Romo berkenan, silakan Romo menulis peristiwa itu agar bisa didokumentasikan karena Romo sendiri sebagai ‘pelaku’ dan ‘saksi’ peristiwa tersebut. Kami siap memublikasikan itu di majalah kami Inspirasi.

Parman: Nanti coba saya usahakan ya Romo. Semoga di kemudian hari, saya bisa melakukan dokumentasi peristiwa itu dalam bentuk sebuah tulisan. Mohon diberi bimbingan dan bombongan ya.

Budi: Silakan Romo, dicoba saja untuk memulainya dan kami akan sabar menunggu kisah iman itu. Saya sendiri sudah mempuplikasikan kisah itu seusai isi syering Romo Saryanto yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tertulis oleh Romo Noegroho Agoeng Pr. Kalau Romo sendiri yang mengalami dan menulis kisah itu sendiri, tentu hasilnya lebih nges dan otentik. Hormat bakti kami kepada Tuhan Yesus Kristus dan mohon sampaikan permohonan kami ini ketika Romo berkesempatan sowan kembali ke Kapel Pasturan. Terima kasih ya Romo dan Berkah Dalem.

Parman: Terima kasih, Romo dan Berkah Dalem.
 
Uskup Agung Semarang: “Hosti Berdarah” Ajarkan Pentingnya Sikap Hormat pada Ekaristi Sakramen Mahakudus
MENCERMATI luasnya sirkulasi berita tentang peristiwa “hosti berdarah” di Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr menegaskan, peristiwa itu semakin menguatkan perlunya umat katolik menaruh hormat kepada ekaristi dan hosti.

“Saya pribadi belum sempat meninjau lokasi Gereja Kidul Loji,” tulis Mgr. Pujasumarta kepada Redaksi Sesawi.Net hari Selasa (17/4) pagi.

Namun, kata Monsinyur lebih lanjut, pihaknya juga telah mendengar tentang peristiwa itu itu dari mulut Vikep DIY Romo Saryanto Pr yang kemudian “dibahasakan” secara literal oleh Penanggungjawab Komisi Komsos KAS yakni Romo Noegroho Agoeng Pr.

Detil “cerita” kronologis peristiwa “Hosti Berdarah” sebagaimana dikisahkan oleh Romo Saryanto Pr dan kemudian dibahasakan secara literal oleh Romo Noegroho Agoeng Pr itu juga telah dikirim ke Redaksi Sesawi.Net, Senin (16/4) petang kemarin.

Yang penting, tandas Mgr. Puja, kita sekalian harus menemukan hikmah atas peristiwa itu. “Dan bagi saya, itu tak lain agar kita semakin hormat pada Ekaristi Sakramen Mahakudus,” kata Uskup Agung Semarang ini.
 

 
Sumber : SESAWI.net


 

Tidak ada komentar: